28 Desember 2008

NENGOK BINTANG


Disini aku duduk sendiri
Menyaksikan bintang
Yang mulai kembalio keperaduaannya
Langit suram,,,
Kelam,
Hitam
Tiada yang menghiasi seperti senja tadi
Hanya tinggal beberapa bintang
Yang setaia nmenemani aku disisni
Duduk
Termenung
Sendirian,,
Kelap kelipnya seolah
Sebuah senyuman menyaksikan aku disini
Duduk
Termenung
Sendirian,,,
Hembusan angin malam
Menerpa wajahku
Membawa bayangan sidia,,,
Apa kabarnya????
Dimana???
Sama siapa??
Dan lagi ngapain????
Aku rinduuuuuu

HUTANKU



Kawan!!!!!!!!!!!
Dengarkanlah.!!!!!!
Hutan yang indah menangis pilu
Menjerit….
Meronta……
Menyaksikan tangan yang tak tahu dosa
Tak kenal akhlak
Tak kenal keluarga
Tak kenal teman
Apa lagi tanah air
Yang membabat
Mencincang
Dan menghangus luluh lantakkan hutan,,
Hutan yang menangis pilu,,,
Menjerit….
Meronta…..
Bukan kesakitan karena
Di babat
Di cincang
Di hanguskan…
Tapi dia menangis akan
Nasib manusia yang akan dating
Di mana manusia
Memperoleh air dan oxygen???
Hutan menangis….

BURUNG



Andai aku seperti burung
Ku bisa terbang bebas
Melayang bercanda riang
Bernyanyi dangan merdu
Menghibur hati
Bagi yang sedang pilu
Andai aku seperti burung
Ku akan terbang tinggi
Menemui bidadari
Akan ku beritahu bidadari
Bahwa di bawah sana ada yang sedang mencari
kekasih hati…..
namanya Nursalfani.

27 Desember 2008

CINTA DAN SAHABAT


Kamu,,,,,
Aku,,,,,,,
Kita selalu bersama suka dan duka,,
Sadarkah kau....???
Setiap kita beduaan,...
Aku tidak mau beduaan,,
Berdua denganmu hanya terpaksa,,
Terpaksa aku berdua denganmu,,,
Karena persahabatan yang membuat kita berduaan,,,,,
Sadarkah kau......?????
Berduaan denganmu aku menangis,,
Menangis pilu dilubuk sanubari...
Sadarkah kau....?????
Berduaan denganmu aku menderita,,
Menderita dengan kata-kata tentang dia...
Dia yang engkau kasihi...
Dia yang engkau sayangi...
Dia yang engkau cintai....
Dia yang engkau bangggakan..
Dia..dia.... dia.... dia....
Persetan dengan dia................
Sadarkah kau...??????
Mimipikah aku...????
Kau.... kau...kau...
Buka mata....
Buka telinga...
Dengarkan dan lihat burung bernyanyi riang.....
Tak ada kesedihan diwajahnya....
Itulah aku.................................
Yang terpaksa riang genbira didepanmu,,,
Melihat kau bahagia dengannya....


By: Ivan

25 Desember 2008

SMS PALING AMPUH KATA NENEK GW


met malem yaa,,,, met bobo,,, jangan lupa berdoaa,,,
mimpi indahhhh,,, mimpiin akuu yaaa,,,, aku sayang kamuuu,,, jangan pernah tinggalin akuu yaaa,,,,,
=====================================
Nih dah kusiapin makan siang yg istimewa buatmu: segelas cinta, sepiring rindu, semangkok sayang, sepotong kasih, secuil cemburu, dan sebuah doa.. Met maem yah..
===================================
1 pohöN bs jd HuTAN.
1 seNyumaN bs jd /HATiAN.
1 seNtuhAN bs jd Hal yg TAk TrlupAkAN
1 orANg sprTimu
bs jd rebutAN
========================================
Hari hujan,, lihatlahh ke luar jendela. coba hitung titik air yang jatuh dari langit ! Sebanyak itulahh aku merindukanmu
============================================
sms … sms … ada siapa disitu ? disini ada seseorang yang sayang denganmu. jika sayang denganku … sms balik donk …
===========================================
segitiga pny 3 titik ujung…segiempat pny 4 titik ujung…aku harap rasa syg qta sprti lingkaran yg tidak mempunyai titik akhir&tak berujung!!
==========================================
burung butuh sayap agar dia bs terbang dgn sempurna!!
aku bth kamu tuk ngejalanin hidup ni&buat semuanya jd sempurna…
setiap hari ku peluk kamu dihati aku…
==============================================
1x aku dilahirkan
1x aku hidup
1x aku akan mati
1 ayahku & 1 ibuku
1 cintaku…itu kmu…
======================================
Aku mungkin bukan teman yang “sempurna” yg kamu cari, bukan juga yg “terbaik” diantara semuanya, tapi yang pasti aku adalah teman yang selalu ingat sama kamu
=====================================
ktika kmu tidur,kmu blh tu2p matamu..ktika kmu sedih,kmu blh tu2p matamu..ktika kmu mkn,kmu blh tu2p mulutmu..
tp jgn prnah kmu tu2p hatimu…krna didalamnya psti ada aku..
==========================================
“….Jikä
käü kecewä
dän b’sedih
krnä d’lükäi ücäpän Q,
….izinkän
kü hädir
meräwät
lükämü…
Krnä äkü…
JUAL PLESTER
Rp 500 @Biji
MAU BELI???
hehe bcanda, karna aku sayang kamu!!!!!
====================================================
aku ga brharap utk mnjadi orang yg trpntg dlm hidupmu..
itu permintaan yg trlalu bsr bagiku..
ak hanya brharap suatu saat nanti jk kau mlihatku..
kau akn trsenyum & brkata..
“dia slalu menyayangiku…
===========================================
Ga semua bunga bisa jd lambang cinta,tapi mawar bisa..ga semua pohon bisa berdiri kalau kehabisan air,tapi kaktus bisa..dan ga semua org bisa jd pacar yg baik,tapi kamu bisa….
===========================================
“Akan kurangkai semua kata cinta yang ada di bumi ini, Jadikan seikat kembang agar kau tau semua isi hatiku..”
=======================================
“Seandainya bisa aku pengin menulis nama kamu di bintang, agar semua orang tau bahwa aku sangat mencintaimu”
=====================================
Dalam Sayur Ada Kaldu…
Relung Hatiku Tersirat Rindu
Bukan Maksudku Tuk Bilang I Miss You…
Ataupun Bilang I Love You…
Aa cuman mau bilang
Sebelum Tidur Pipis Dulu…
=====================================
Kasih… Aku rindu padamu saat aku sedih. Aku rindu padamu saat aku sendiri. Tetapi aku paling merindukanmu saat aku bahagia
================================
xxx, xxx, xxx, xxx, xxx, xxx, aku ingin menulis sejuta kali namamu dihatiku. agar saat satu namamu terhapus, aku masih punya 999 ribu lagi. sehingga sampai matipun ga akan hilang namamu dihatiku…..
====================================
Setiap mlm
setiap detik….
ku slalu terbayang senyummu….
rambutmu yg sgt indah….
ingin rasanya selalu disampingmu slamanya.
trus…………..
Isiin Pulsa gw Yah say..kalo mw lanjutannya
==========================================
percintaan kita dik!
seperti denting gitar akustik
lembut dan manis didengar
meski kadang kita bertengkar
=========================================
Disaat hari panas maupun hujan , kamu selalu bawa mobilmu
Disaat aku lapar, kamu selalu ngirimin aku makanan delivery
Disaat aku pengen ganti handphone baru, kamu yang gesek kartu kreditmu
Disaat aku hamil, kamu dimana ?
========================================
aku berusaha memberikan cinta terbaik yang aku punya buat kamu . aku pastikan klo hatiku cuma buat kamu…. jadi jgn marah lagi ya sayang…..
=======================================
Pagi ini gw bangun diantara orang2 yang gw sayangi. tp gw ngerasa kok masih ada yg kurang ya. setelah gw cari kemana2 akhirnya gw tau itu siapa. orang itu adalah kamu
====================================
seuntai kata terungkap dari jiwa
seulas senyum memberi pesona
ku alun nada tapi tak bersuara
hanya lewat sms ini ku tuliskan sebuah kata
“aku mencintaimu”
===================================
Pokoknya apapun yg km lakukan, ak akan selalu ngedukung kamu…
karena didalam hati ak, km adalah no. 1…
dan kita harus saling mendukung
supaya apa yg kita cita2kan be2, bisa terjadi
Amin..
======================================
jka aku dapat menarik pelangi d langit
maka akan ku bentuk namamu
dan kan ku kembalikan lagi ke langit
agar semua tau
betapa beruntungnya aku memilikimu
======================================
” di sudut hatimu mungkin pernah terbesit pertyan konyol… apa tangan ini akan menggenggam tgnmu selamanya? apa bibir ini akan selalu tersenyum utkmu selamanya? aoa pelukan ini akan selalu kuberikan pdmu selamanya? apa hati ini akan selalu mencintaimu? jika kau sudah mengetahui jawabannya… utk apa kau tanyakan? dan utk apa ku jwb? “
===============================
Tuhan tlg bantu dia Memejamkan matanya, temani dalam mimpi Indahnya agar besok pagi dia terbangun dengan senyum Maniznya, sampaikan padanya bahwa ku ingin jadi kekasih yg terbaik untuknya”
=======================================
Jika waktu dapat berenti mengalir…
Aku berharap itu waktu kita sedang bahagia.
Jika waktu harus mengalir pergi…
Aku berharap kamu ga kan ngelupain aku.
===================================
satu tambah satu sama dengan dua..
mau gak mau lo jadian sama gua……..
=====================================
oh betapa indahnya kamu membuat aq terasa terhanyut ketika melihat km kasihku
===================================
Lupa agama?
===> ooops…
Neraka!
Lupa orang tua?
===> ich…
Durhaka!
Lupa sesama?
===> ach…
Byasa!
Tapi lupa ama kamu?
===> Ehm…
mana bisa! : )
===============================
kamu pernah bilang perasaan aku ke kamu pasti berubah tar, ga kaya pas pedekate lagi. dan aku bilang ga akan
ternyata iya, perasaan aku ke kamu dah berubah
semakin hari, semakin aku tambah cinta dan sayang ama kamu
maafin aku ya..
===================================
Mlm ini bulan bgt indah menyinari bumi seperti hatiku yg sdang bhagia krn dsinari oleh cintamu yg begitu hangat bagai nyala api yang takkan padam walau diterpa badai
====================================
Cintamu adalah anugrah untukku sbb krn cintamu hatiku bhgia, ku ingin slalu bersandar di pelukmu krn hanya km yg pantas menjagaku dan jagalah pula hati dan cintaku spt bulan yg slalu menjaga malam di waktu gelap, yakinkan hatimu aku milikmu dan hanya untukmu
===================================
…Smga Allah sgra meridhoi hub.Kta dlm suciny ikatan pernkahan..
======================================
sayang kamu tuh kaya kipas angin…. menyejukan hatiku… hehehehe
==================


Mo blg kngn, diblng sok dekat.
Mo bilang sayang, takut dianggap gk taw malu.
Mo bilang…CINTA, Tkt dh ada yg poenya.
Terpaksa dech cm bs bilang lg ngapa??
======================================
Wafer bkata pd coklat
“Qt ni sungguh manis kn?”
Coklt menjawab
“ U pikir qt yg paling mnis?
U liat donk org yg baca sms ni
Lebih Manis!!
Liat..LIat
Dy tersenyum
Duh.. Manisnya…”
=========================================
Stitik ksh mbwt qt sayanx,
seucap kta mmbwt qt percaya,
sekecil luka mbwt qt kecewa,
tp sebuah P’shabtan akn slamanya bermakna…
========================================
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
==========================================
Musim Terindah adalah ….
Ketika kau nyalakan pagi dengan senyummu
Ketika kau payungi siang dengan sapamu
Ketika kau tutup malam dengan belai manjamu
I luv u…
=====================================
Prtmnan qt g seperti esia yg setia 1 jm
Gk seperti baygon yg setia 8 jm
N gk sprt pepsodent
Yg setia 12 jam
Prtmanan qt hrs sperti…?
Rexona
Yg setia setiap saat
=======================================
Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak, bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka…
=============================
PERINGATAN PEMERINTAH: HATI2 THD SMUA UNGKAPAN CINTA DAN RAYUAN LEWAT SMS, KARENA SEMUANYA BOHONG. KECUALI SMS DARIKU????
===============================
Rayulah aku,dan aku mungkin tak mempercayaimu. Kritiklah aku, dan mungkin aku tak menyukaimu. Acuhkan aku, dan mungkin aku tak memaafkanmu. Semangatilah aku, dan mungkin aku tak kan melupakanmu(William Arthur)
==================================
Inginku kirim
BUNGA, takut ia kn
LAYU, ingin ku kirim
SENYUM, takut tak
DIBALAS, ingin ku
kirim RINDU, takut
HASRAT tak ksmpaian.
jadi, ku kurim DOA
agr dirimu sht sllu..
==================================
Kata PETERPAN hidup itu butuh dengan SAHABAT.
Biar kita tidak KESEPIAN kayak DIGTA,
Dan juga kita jangan kayak RATU yang bisanya cuma nyari TTM,
Kan kita sudah dibilangin ama RADJA,kita harus JUJUR,
Biar tidak PUDAR seperti ROSSA,
Makanya kita harus bisa cari CINTA YANG SEMPURNA layaknya KANGEN BAND.
====================================
S-Seandainya
E-Engkau
L-Lebih kenal
A-Akan diriku
M-Maka aku
A-Akan
T-Tersenyum
M-Manis utkmu
A-Agar engkau
L-Lebih tahu
A-Aku sentiasa
M-Merinduimu
=======================
matamu bak purnama merindu
bisikmu seperti syahdu menusuk jiwaku
bibirmu telaga madu manis di sudut senyummu
bunga depositomu adalah sumber inspirasiku
==============================
MetroTV, CNN, detikcom, Bang Napi, Liputan 6, Antara, ESPN, WordPress News adalah berita basi
kabar darimu lah yang selalu kunanti
==========================================
tau ga knapa malem ini ga ada bintang ??
soalnya bintangnya pindah semua ke matamu…
======================================
Sekarang aku gendutan gak sih?
km tau gak kenapa?
soalnya….
km udah mengembangkan cinta yang banyak dihatiku….
======================================
cintaku lebih gombal dari pada sekedar gombalan para gombalers
======================================
Ingetin aku buat bawa kacamata hitam kalo ketemu kamu yak. Abisnya pesonamu menyilaukanku siy…
=====================================
kopi ini pahit, tapi kalau minum sambil melihat dirimu, kopi ini terasa manis deh…
============================
Bersama SMS ini, kami sampaikan rasa sayang yang tulus. Demikianlah
SMS ini disampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Selamat Malam
Pikirkanlah sebelum mengambil keputusan. Tetapi untuk mencintaiku,
jangan berpikir terlalu panjang.
Aku kirim SMS cinta ini untukmu. Mohon jangan dibalas. Aku takut
kamu menjawab sebaliknya
Cinta yang mengebu lebih banyak bohongnya. Aku mencintaimu dengan
biasa saja. Seperti Matador dengan Bantengnya
Apakah kasih sayang perlu diucapkan? Tidak perlu. Makanya aku kirim
SMS ini padamu, hingga tidak perlu mengucapkannya.
Walaupun pulsaku tinggal sedikit, aku akan tetap mengirim SMS cinta
untukmu. Selamat malam..
cowoknya: memperlihatkan senyummu, sungguh tidak baik untuk kesehatan
ceweknya: lha ko bisa
cowoknya: bikin kangen soalnya…
ceweknya:
ceweknya: huuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu
==============================================
(1) Tadi malam aku kirim bidadari untuk menjaga tidurmu. Eh, dia buru-buru balik. Katanya, ‘Ah, masa bidadari disuruh jaga bidadari?’
(2) Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku, jujur aja, cuma sekali. abisnya, ga pergi2 sih!
(3) Sempet bingung jg, kok aku bisa senyum sendiri. Baru nyadar, aku lagi mikirin kamu.
(4) Kalau suatu saat kamu hancurkan hatiku… akan kucintai kamu dengan kepingannya yang tersisa.
(5) Berusaha melupakanmu, sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tak pernah kukenal.
(6) Kalau kamu ajak aku melompat bareng, aku ngga bakalan mau. Mending aku lari ke bawah, bersiap menangkapmu.
(7) Aku pernah jatuhkan setetes air mata di selat Sunda. Di hari aku bisa menemukannya lagi, itulah waktunya aku berhenti mencintaimu.
(8) Ga usah janjiin bintang dan bulan untuk aku, cukup janjiin kamu bakal selalu bersamaku di bawah cahayanya.
(9) Kalau kamu nanya mana yg lebih penting buat aku: hidupku atau hidupmu, aku bakal jawab hidupku. Eits, jangan marah dulu, karena kamulah hidupku.
(10) Pertama ketemu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama ngomong sama kamu, aku takut kalau nanti suka sama kamu. Udah suka, aku makin takut kalau jatuh cinta. Setelah sekarang cinta sama kamu, aku jadi bener2 takut kehilangan kamu. Kamu emang menakutkan!
(11) Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum.
(12) Jika aku bisa jadi bagian dari dirimu, aku mau jadi airmatamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup di pipimu, dan mati di bibirmu
(13) Wah, ini angka sial???! (enggak ding). Udah dulu ya… Soal sms-sms itu, ga usah nanya dari mana sumbernya, selama Anda bisa membuatnya datang dari hati.
=============================
Cara Merayu Wanita (JANGAN MUNTAH….)
(dikereta…)
Cowok : Mbak jangan pegangan sama besi kereta..
Cewek : Emang kenapa..?
Cowok : Kayaknya besinya kotor tuh.. pegangan sama aku aja… :))
Cowok: Maaf mba, jangan terlalu lama duduk dikursi itu, pindah dideket saya aja
Cewek: Loh?? kenapa??
Cowok: Takut dikerubung semut.. soalnya mba manis..
Cowok : Mbak, orang tuanya pengrajin bantal ya..?
Cewek : Hah..!!!? bukan.. Emang kenapa..?
Cowok : kok kalo deket sama mbak rasanya nyaman yach..
Cowok : Mbak jangan ngomong ya..
Cewek : Lho.. emang kenapa..?
Cowok : Karena biasanya aku malemnya enggak bisa tidur kalo abis denger suara dari bibir yang indah…
Cowok : Mbak bajunya enggak pernah disetrika ya..?
Cewek : Enak aja… emang kenapa..?
Cowok : biasanya kalo cewek udah cantik enggak perlu lagi nyetrika baju..
Cowok: Mbak, bapaknya ahli perbintangan ya??
Cewek: Ah.. enggak, memang kenapa??
Cowok: Saya lihat bintang dimata mbak…
Cowok: “kamu itu seperti sendok…”
Cewek: “Kenapa?”
Cowok: “Karena kamu ngaduk-ngaduk perasaan aku…”
Cowok: “Mbak punya obeng nggak?”
Cewek: “Hah? Gak Punya tuh.”
Cowok: “Tapi kalo nomor telepon punya
kan
?”
Cowok: “Kamu sekali-sekali nyuci piring dooonk”
Cewek: “Hah? emang kenapa ?”
Cowok: “Ini tangan kamu terlalu lembut…”
Cowok: “Kamu pasti enggak pernah maen bola ya..”
Cewek: “Iya laaah.. emang kenapa…?”
Cowok: “Soalnya kaki kamu bagus banget….”
Cowok: “Mbak punya uang koin? Boleh minta?”
Cewek: “Buat apa ?”
Cowok: “Aku udah janji sama ibu kalau aku akan menelepon dia bila aku jatuh cinta”
Co: Eh eh.. gw ada tebakan neh
Ce: .. ok ok.. apa tebakannya
Co: Panda apa yang paling imut manis dan lucu?
Ce: Semua panda mah imut kali..
Co: Engga.. ada satu yg paling ga ngebosenin..
Ce: Nyerah deh..
Co: Panda-ngin kamu sepanjang hari..
Ce: Ah.. abang ah.. (malumalubego)
co: kok kamu msh marah sih ama aku ?
katanya kamu selalu memberikan seribu maaf untukku ?
ce: Sapa suruh mau percaya ? kamu bodoh yah…
co: Emang aku ini bodoh…
tapi aku bukan org bodoh yang menyukai dirimu..
ce: ………..
Co: knapa malem ini gelap banget ya
Ce: mendung kali bang
Co: kyknya nggak dech
Ce: trus napa bang
Co: soalnya bulannya sedang menerangi
& menemaniku disini
co: kemarin aku liat ada 1000 bintang di langit
ce: ah yang bener??
co: iya bener, tapi sekarang tinggal 998 bintang…
ce: lho…kow bisa ilang dua?
co: iya 2 bintang yang ilang itu ternyata ada di dalam mata kamu
(sambil liat matanya dalam2)
co: bapak kamu maling ya?
ce: ih….kow jahat sie bapak ku dibilang maling. kow gitu?
co: iya soalnya kamu pintar banget mencuri hatiku..
co: bapak kamu nahkoda ya?
ce: enggak kow….
co: tapi koq aku ingin sekali berlabuh di pelabuhan hatimu….
co: Lo kenapa sih?
co: Sakit ga sih?
ce: Sakit kenapa?
co: Bidadari kaya lo, jatuh dr langit.. Sakit ga sih?
co: say, 1 + 1 berapa ??
ce: 2 say
co: salah mustinya itu 1
ce: koq bisa
co: karena nanti cinta ku dan cintamu akan melebur menjadi 1
ce: ah say bisa aje de :
co: gw lage bingung neh
ce: bingung napa ??
co: iya bingung,aja. .kok lo bisa ada disini ya sekarang ..??
ce: loh maksudnya ??? (tambah bingung juga )
co: iya, soalnya gw pikir bidadari tuh adanya di kayangan
ce: *&^$^&
ce: bang, kalo aye jadi bunga, abang jadi apa?
co: abang pengen jadi matahari neng…
ce: kok ga jadi kumbang sih bang??
co: kan bunga ga bisa hidup tanpa matahari neng…
ce: mmm,, kalo aye jadi bulan, abang jadi apa?
co: abang tetep pengen jadi matahari neng…
ce: kan matahari ma bulan ga isa ketemu bang??
co: kan bulan bisa bersinar karena sinar matahari neng..
co: kamu tahu apa definisi dari indah ??
ce: mm..yg jelas indah itu cantik…
co: well bener sih, tp menurut gw …
indah itu adalah saat dimana kita ngga merasakan sedikit pun
keburukan di dalamnya ..
kmu pernah ngerasain yg begitu ???
ce: mungkin kalee ya
co: klo aku sering bgt…dan itu adalah saat…..diriku bersama dengan
dirimu
ce: malu

Dari bule sono:
M: “Are you an Interior Decorator?”
W: “No. Why?”
M: “When I saw you enter, the room became beautiful”
—————————————————–
M: “Are you religious?”
W: “Yes “
M: “Good, because I’m the answer to your prayers.”
————————————————–
M: “Baby, did you fart, Cause you blow me away…”
—————————————————————–
M: “How is your fever?”
W: “What Fever?”
M: “Oh.. you just look so hot to me…”
—————————————-
M: “Wow! I didn’t know that angels could fly so low!”
——————————————————
(This is a good one !)
M: “Can I get a picture of you to prove to my friends that angels do really exist.”
———————————————————————
M: “Wow! How did you do that???!!!”
W: “Do what?”
M: “Look so good…”
—————————————————-
M: “Hey Laura!! (Big Hug), I haven’t seen you FOREVER!!!! (Huge KISS)
Wow, you’ve really have changed!!!
W: “Wait, I’m not Laura..”
M: “What? Oh my god, You even changed your name!!!





Rayuan Gombal
Rayuan Mauutt ( via SMS ) hehehe….
Tadi malam aku kirim bidadari untuk menjaga tidurmu. Eh, dia buru-buru balik. Katanya, ‘Ah, masa bidadari disuruh jaga bidadari?’ — Hoek!
Kalau kamu nanya berapa kali kamu datang ke pikiranku, jujur aja, cuma sekali. abisnya, ga pergi2 sih! — Najis Loh!
Sempet bingung jg, kok aku bisa senyum sendiri. Baru nyadar, aku lagi mikirin kamu. — WAKS!
Kalau suatu saat kamu hancurkan hatiku… akan kucintai kamu dengan kepingannya yang tersisa. — Hoeeek!
Berusaha melupakanmu, sama sulitnya dengan mengingat seseorang yang tak pernah kukenal. — Hahaha nice one!
Kalau kamu ajak aku melompat bareng, aku ngga bakalan mau. Mending aku lari ke bawah, bersiap menangkapmu. — idih gepeng ntar!
Aku pernah jatuhkan setetes air mata di selat Sunda. Di hari aku bisa menemukannya lagi, itulah waktunya aku berhenti mencintaimu. — jitak!
Ga usah janjiin bintang dan bulan untuk aku, cukup janjiin kamu bakal selalu bersamaku di bawah cahayanya. — najooos..
Kalau kamu nanya mana yg lebih penting buat aku: hidupku atau hidupmu, aku bakal jawab hidupku. Eits, jangan marah dulu, karena kamulah hidupku. — gyahahaha sakit perut..
Pertama ketemu, aku takut ngomong sama kamu. Pertama ngomong sama kamu, aku takut kalau nanti suka sama kamu. Udah suka, aku makin takut kalau jatuh cinta. Setelah sekarang cinta sama kamu, aku jadi bener2 takut kehilangan kamu. Kamu emang menakutkan! — weeekkkk
Ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum. — getok pake kursi
Jika aku bisa jadi bagian dari dirimu, aku mau jadi airmatamu, yang tersimpan di hatimu, lahir dari matamu, hidup di pipimu, dan mati di bibirmu — maksut loh?!
Orang bilang bulan itu indah…tapi aku bilang tidak. Orang bilang planet venus itu cantik…tapi menurut aku tidak. Aku bilang bumi itu indah dan cantik…karena ada kamu. — lempar pake bedug mesjid!

DIUJUNG WAKTU


Dikala matahari akan kembali keperaduaannya
Dan senjapun menanti dengan suasana yang menjadi kelam
Engkau baru datang...........
Cinta.......................
Beribu lorong waktu kujelajahi
Aku.........................
Menjadi pemburumu.....................
Cinta.........................
Kenapa kau menyerah ????????????
Bukankan dari pagi aku memburumu ??????????
Kini...........................
senja menghampiri ..........
engkau baru datang
tidakkah kau kan merasa kepedihan ???????
kutakkan berani menangkapmu
kita........
akan dipisahkan oleh gelap malam.

Created by : Ivan

REMAJA DAN BUDAYA


UNTUK TEMAN-TEMAN ALUMNI MAN 1 MUARA BUNGO TAHUN 2007
SALAM HANGAT DARI SAYA...I MISS YOU ALL..



KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah swt tuhan sekalian Alam , karena dengan izin Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “ REMAJA DAN BUDAYA”ini tanpa hambatan dan aral yang melintang, semua karena nikmat yang dilimpahkan kepada penulis oleh Nya.

Terima kasih yang sebesar besarnya penulis persembahkan kepada Yth,Dra.Nurbeda selaku guru pembimbing dalam pembuatan makalah ini, dalam hal ini beliau sangat berperan penting, tanpa beliau maka makalah ini tidak akan pernah tercipta.

Terima kasih yang sedalam dalamnya penulis juga ucapkan kepada keluarga besar yang tercinta, yang telah memberikan dukungan tanpa putus asa kepada penulis. Dan juga rekan rekan sekalian, Iyam genxs, Kodrat (Keluarga besar tarung derajat) yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis sangat menydri bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, tak ada gading yang tak retak. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari penbaca yang budiman.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

Wassalam









Nursalfani Penulis

DAFTAR ISI


Kata pengantar…………………………………………………………………………………
Daftar isi……………………………………………………………………………………………
BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
B.Rumusan masalah
C.Batasan masakah
BAB II
Pembahasan
A.Remaja
B.Kebudayaan
C.Nilai budaya
Hubuingan Remaja,nilai budaya dan modernisasi
a.Kesenian
b.Bahasa


BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Detik berganti menit, menit menjadi jam, hari berganti manjadi minggu, minggupun silih berganti hingga menjadi bulan, waktu selalu berputar tanpa kita sadari umur duniapun semakin senja. Seiring dengan berjalannya waktu dari tahun ketahun. Dari hari kehari Ilmu pengetahuan manusia semakin meningkat, dan diiringi dengan kemajuan teknologi.

Manusia berpacu dan melawan perubahan zaman, banyak dari umat manusia dikalahkan oleh perubahan zaman, Waktu tidak memandang jenis kelamin, bangsa, suku, agama, lawan yang akan dihadapinya. Banyak anak-anak muda,generasi penerus negeri ini dan juga harapan bagi bangsa dan Negara Indonesia ini terseret oleh kuatnya arus yang menerjang.

Para penerus bangsa ini dari hari kahari mulai melupakan meninggalkan budayamereka sendiri, meningkatnya kenakalan remaja. itu semua karena kurangnya pemahaman kita tentang apa artinya perubahan.

B. Rumusan masalah masalah
 Apa saja unsur budaya pada saat sekarang ini yang tidak diminati oleh kaula muda?
 Maengapa da apa penyebabnya kaula muda pada saat sekarang ini tidak tertarik kepada kesenian dalam negeri?
 Mengapa terjadinya kenakalan remaja?
 Apa saja penyabab kenakalan remaja?


C. Batasan masalah
 Pengaruh Globalisasi terhadap generasi muda.



BAB II
PEMBAHASAN


REMAJA DAN BUDAYA

A,Remaja
Remaja adalah tahapan pertumbuhan manusia yaitu masa peralihan dari anak anak menjadi dewasa .Pada masa peralihan ini terjadinya peningkatan hormon, dengan meningkat hormon ini juga diiringi dengan meningkatnya kenakalan remaja, mereka selalu ingin menunjukkan egonya. Masa remaja juga masa pencarian identitas diri. Termasuk didalamnya adalah pedoman dan tujuan hidup, mau jadi apa kelak. Dalam proses identifikasi ini remaja akan mencari sumber yang bisa dipercaya, mereka akan banyak terpengaruh oleh teman sebaya, karena orang tua sering mereka pandang tidak bisa memahami apa yang ada dalam hatinya, Oleh karena itu banyak dijumpai penyimpangan budaya oleh kaum remaja ini seperti kecanduan, free sex dan penyimpangan penyimpangan lainnya.

B.Kebudayaan
Kebudayaan adalah sebuah sistem yang kompleks yang terdiri atas sejumlah unsur tertentu. Menurut pendapat kedua orang pakar ntropologi yaitu Kluchohn dan koentjaraningrat kebudayaan itu memiliki tujuh unsur universal yaitu:
a. Sistem religi dan upacara keagamaan
b. Sistem organisasi kemasyarakatan
c. Sistem ilmu pengetahuan
d. Bahasa
e. Kesenian
f. Sistem peralatan dan teknologi
g. Sistem mata pencaharian hidup


C.Nilai Budaya
Secara bahasa nilai berarti suatu yang bersifat abstrak dan alat tolak ukur sesuatu, baik benda mauoun sifat.
Nilai budaya mempunyai fungsi diantaranya:
 Sebagai petunjuk arah dalam melakukan suatu tindakan
 Sebagi suatu acuan dan motivasi untuk mengejar cita cita
 Sebagai benteng perlindungan sebagaineksistensi masyarakat
 Sebagai tolak ukur terhadap baik dan buruk, benar dan sakah, penting dan tidak penting, sopan dan tidak sopan, berguna dan tidak berguna.







HUBUNGAN REMAJA,NILAI BUDAYA
DAN MODERNISASI

Tajam dan pesatnya kemajuan Ilmu Pengetahua dan Teknologi (IPTEK) yang dipelopori oleh era globalisasi membuat manusia untuk selalu siaga manghdapi tantangan demi tantangan dalam hidup ini.

Perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) adalah suatu yang sangat wajar disamping meningkatnya kebutuhan manusia. Dengan teknologi pada saat ini , sangat memudahkan kita untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

Dari segi negatifnya,karena adanya teknologi memudahkan budaya budaya luar masuk kenegara kita, sehingga anak anak muda atau remaja remaja bahkan orang tua mulai mempraktikkan serta meniru gaya kebarat baratan yang membuat budaya asli peninggalan dari leluhur dari hari kehari mulai luntur dan nyaris hilang didominasi budaya barat.

Adapun beberapa unsur budaya dan subtansi budaya yang nyaris terlupakan dikalangan generasi muda oada saat sekarang ini diantaramya:

a. kesenian
kesenian adalah unsur budaya yang sangat jelas oleh kita, bahwa kesenian ini telah dipengaruhi oleh budaya asing, sehingga generasi muda nyaris tidak mengenali kesenian daerah mereka sendiri secara murni seperti:

1.Musik/lagu daerah
lagu daerah merupakan gambaran bahasa suatu daerah tertentu, dengan mendengrkannya, kita akan mengetahwi dari mana asal lagu tersebut.

Setelah masuknya budaya dbarat kekalangan kita lagu daerah mulai terlupakan , bahkan anak anak muda sekarang ini tidak bias menyanyikan lagu daerah mereka sendiri, lagu kampong halaman kita, lagu nenek moyang mereka sendiri.

Kaula muda sekarang ini cenderung kepada lagu lagu pengaruh dari Negara luar seperti lagu yang beraliran keras atau Rock bahkan mereka menyebutnya dengan lagu neraka, lagu beraliran RnB atau hip hop dan lain lain sebagainya.
Jika kita pelajari dan fikirkan betapa energicnya lagu lagu hasil cipta Negara kita sendiri, seperti kita mendengarkan lagu lagu dangdut yang merupakan lagu asli Indonesia atau lagu lagu daerah kita jambi seperti pantun dan lain lain, secara tidak sengaja kepala kita mengangguk angguk dengan refleks mengikuti alunan irama lagu tersebut, ini menandakan bahwa adanya ikatan bathin antara kita dengan lagu lagu tersebut. Adapun hal hal yangmembuat generasi muda saat ini enggan menyanyikan lagu daerah mereka sendiri Yaitu:

-Malu
Sebagian kaula muda merasa malu untuk menyanyikan lagu daerah ini, mereka menganggap lagu itu kampungan, kuno ,bukan zamannya lagi melantunkan lagu seperti itu, dan bahkan mereka mengejek lagu lagu daerah ini “lagu itu lagu zaman “Nenek makan keluang” itulah ungkapan yang sering mereka utarakan.

-Kurangnya kesadaran
Salah satu hal yang membuat Negara Indonesia sangat jauh tertinggal dari Negara Negara lain yaitu kurangnya kesadaran . Karena kurangnya kesadaran kaula muda untuk mempelajari tentang lagu daerah, mereka tidak tahu bahwa lagu daerah itu mempunyai tema/amanat tentang sosial jauh lebih tinggi dari dari lagu lagu barat tersebut.

2.Tari/Dance
Tari daerah merupakan gambaran peristiwa yang diceritakan dalam bentuk gerakan yang lembut.Alasan kecenderungan kaula muda tidak menyuikai tari daerah tersebut mempunyai alasan hampir sama pada pembahasan lagu diatas .Karena tari/dance merupakan gerakan yang dihasilkan oleh alunan lagu.

b.Bahasa
Jika kita ingat pada sejarah tanggal 28 oktober 1928, sekitar tujuh tahun sebelum Indonesia dinyatan merdeka oleh PBB, bahwa pada hari itu telah diikrarkan oleh pemuda Indonesia sumpah pemuda yang berbunyi
-Kami putra putri Indonesia berbahasa satu bahasa Indonesia
-Kami putra putri Indonesia berbangsa satu bangsa Indonesia
-Kami putra putri Indonesia bertanah air satu, tanah air Indonesia.

Kita sangat menyayangkan bahwa pemerintah kita tidak tanggap dalam mengatasi masalah ini.

Hingga kita jumpai dikalang kaula muda bahwa bahasa Indonesia yang mereka pakai bukanlah bahasa Indonesia yang murni, kaula muda sekarang ini labih suka menggunakan bahasa Indonesia yang berlogat Jakarta sedangkan bahasanya tidak baku, karena meraka menganggap bahasa gaul, karena hampir seluruh sinetron dan tanyangan di stasiun televisi swasta menggunakan bahasa yang jauh dari kaidah bahasa Indonesia yang benar.

Dan kita jumpai juga disetiap produk didalam negeri ini menggunakan bahasa asing, bahkan pada bungkus permen sebesar ujung jaripun menggunakan bahasa asing. Itulah sebabnya masyarakat kita sering salah mmengkosumsi makanan, karena mereka tidak mengetahwi apa kandungan dari makana tersebut.








MASALAH MASALAH LAIN PADA KAULA MUDA

Selain menjelasaka beberapa pokok tentang sikap Remaja dan kaula muda terhadap budaya dalam negeri yang dipengaruhi oleh budaya budaya barat,, penulis juga akan menjelaskan beberapa problema pada kaula muda yang harus diperhatikan diantaranya:

1.Kenakalan remaja
`Kenakalan remaja merupakan salah satu bentuk disintegrasi. Kenakalan remaja ini muncul dari kelurga yang kurang harmonis, sehingga anak tidak lagi mendapat perhatian dan pengawasan serta pengarahan yang baik dalam menuju perkembangan kedewasaannya, akibat yang terjadi adalah anak anak menentang dan melanggar norma norma keluarga.

Kenakalan remaja dapat berupa tindakan tindakan yang menyimpang antara lain:
 -kebut kebutan dijalan
 -aksi corat coret ditembok
 -merokok dan minum minuman keras
 -pergaulan bebas

Sebab sebab kenkalan remaja
@Internal (yang datang dari anak itu sendiri)
 Karena baru mencapai massa peralihan
 Karena kedudukannya dakam keluargayang memungkainkan anak dimanjakan seperti ia anak tiunggal, anak putra atau anak putrid yang satu satunya dan atau ia anak bungsu
 Karena mempunyai jenis kelamin laki laki ada ada kecenderungan anak laki laki berani melakukan perbuatan sesuatu
 Karena ingin coba coba

@eksternal (yang datang dari luar diri anak)
 Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling dominan dalam mendidik anak dari masa kecil hingga menjadi dewasa. Dasar dasar akhlak ditentukan oleh seluruh anggota keluarga, khususnya dari ayah dan ibu

 karena lingkungan pendidikan
Tiap sekolah memiliki tata tertib dan kesiplinan yang berbeda beda, maka pada sekolah sekolah yang belum baik dalam menanamkan kesiplinan menyebabkan anak anak melakukan kenakalan remaja seperti tawuran dan lain lain.
 karena lingkungan pergaulan
Anak anak dalam komunitas biasanya mempunyai kelompok bermain yang merupakan suatu kelompok pergaulan atau mereka lebih mengenalnya dengan genx. Kelompok tersebut dapat berupa kelompok bermain musik, kelompok olahraga dan persatuan antar remaja lainnya seperti motor club dan lain sebagainya. Pada lingkungan tersebut anak lebih bebas mengungkapkan segala keinginannya, baik perkataan maupun perbuatannya sebagai manifestasi jiwa dan perkembangannya yang kadang kadang tidak sesuai dengan nilai nilai sosial yang dianut oleh masyarakat.
 Karena pengaruh dari media massa
Media massa pada saat ini mengambil peranan yang semakin penting dalam setiap segi kehidupan. Era globalisasi membuat komunikasi antar bangsa dan antar budaya lebih terbuka untuk pembauran.
Disamping pengaruh positif dari media massa ada juga pengaruh negatifnya yang dapat membuat penyimpangan pada para remaja, misalnya pelecehan seksual, peningkatan keberanian untuk berkelahi, meningkatnya kriminalitas, free sex dan lain sebagainya.






UPAYA UPAYA PEMERINTAH DALAM MENYIKAPI REMAJA DAN BUDAYA

Upaya pemerintah untuk mengantisipasi kaula muda untuk tidak cenderung mengikuti budaya asing yang merugikan dan meningkatkan kenakalan remaja antara lain yang penulis saksikan diantaranya:

Indonesia mempunyai ratusan ragam kesenian dan bahasa’salah satuinya kesenian daerah jambi khususnya kota Muara bungo kota yang kita cintai dan kita banggakan ini yang bermotto “Langkah serentak limbai seayun”. Pemerintah kabupaten bungo dalam setiap tahunnya mengadaka perhelatan akbar “Pekan pesona budaya bungo” yang bertujuan untuk memperkenalkan dan meningkatkan kecintaan kaula muda dan masyarakat kepada budaya dan kesenian kabupaten bungo ini, diantaranya lagu daerah, pakain daerah, tari daerah, aset wisata, dan lain sengainya.

Perhelatan ini pernah penulis ikuti, terus terang penulis merasa bangga dan setelah penulis mengikuti perhelatan ini penulis baru mengetahwi dan menyadari betapa banyaknya aset budaya kabupaten bungo, dan secara spontan penulis jatuh cinta pada kesenian kabupaten bungo ini. Ini merupakan salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mengsntisipsi kaula muda untuk tidak terlalu cenderung kepada budaya asing.

Pada awal tahun 2007 Pemerintah kabupaten bungo bekerja sam dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen agama mengeluarkan Perda larangan menbawa HP kesekolah dan wajib jilbab bagi Para siswi muslim disetiap sekolah menengah baik tingkat pertama maupun tingkat atas yang bertujuan agar kaum hawa terbiasa menutupi aurat, Khususnya remaja yang merupakan harapan negeri ini, dan juga salah satu benteng bagi kaum hawa terjauh dari kriminalitas serperti perkosaan. Larangan membawa HP kesekolah bertujuan bukan hanya untuk mengatasi diferensiasi sosial antar pelajar tetapi juga mengantisipasi penyebaran Film film dan foto foto porno dikalangan pelajar. Dan juga disaat sekarang ini disetiap sekolah diterapkan pelajaran kesenian yang meliputi tari daerah, tujuannya agar para siswa mengenali tari daerah mereka sendiri.







BAB III

Kesimpulan

Kata demi kata telah penulis satukan menjadi kalimat pada uraian diatsa meskipaun sangta jauh dari kesempurnaan. Dari keseluruhan ursaisan ditas dapat disimpulkan bahwa perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat b


Saran saran

Kepada pmbaca yang budiman penulios hanya ingin mengajak dan menyampaikan bahwa kita
 Harus hati hati kepada pengaruh budaya luar yang sangat merugikan.







DAFTAR PUSTAKA

Tim penulis. 1995. Sosiologi untuk SMU kelas 3. Solo. Tiga serangkai.

Syah muhibbin,M.Ed. 2003. Psikiologi belajar. Ciputat. Logos wacana.

Hakim arifin,M. 2001. Ilmu social dasar. Bandung. Pustaka satya.

M.M Kuswanto.H,Drs. 2004. Panduan belajar sosiologi. Surakarta. Mefi caraka.




Judul : Remaja dan Budaya
Tulisan ini ditulis saaat masa SMA dulu,,,dan merupakan tugas Akhir untuk mengikuti Ujian Akhir Nasional ( UAN ) TAhun 2007

Sobat


Sobat



Sobat……

Coba kau lihat,

Coba kau kau dengar,

Dan coba kau rasakan

Jeritan hati……

Jeritan hati sang pendusta

Sobat……

Seandainya kau bisa mengenaliku

mungkin…kau akan bisa sedikit tersenyum,

Jika kau bisa melihat hatiku, mungkin…kau akan terharu

Dan jika kau tahu siapa aku?.. mungkin…kau akan meneteskan air mata

Sobat….

Kau tak akan pernah melihatku cemberut, kar’na aku akan selalu tersenyum

Kau tak akan pernah bisa melihatku sedih, kar’na aku s’lalu bahagia

Dan..kau tak akan pernah melihatku menangis, kar’na aku selalu tertawa

Sobat….

Berdosakah aku ?...

Jika ragaku sl’alu tertawa dan bahagia sementara hatiku menjerit kesakitan,

Sobat…..

Munafikkah diriku?....

Kar’na aku telah membolak balikkan kenyataan dan t’lah membohongi diriku sendiri????????

18 Desember 2008

BIODATA SASTRAWAN INDONESIA


BIODATA SASTRAWAN INDONESIA

1900-1949


A.A. Navis dilahirkan Padangpanjang, Sumatera Barat, 17 November 1924. “Robohnya Surau Kami” dan sejumlah cerita pendek lain penerima Hadiah Seni dari Departemen P dan K pada 1988 ini, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jepang, Perancis, Jerman, dan Malaysia. Cerpen pemenang hadiah kedua majalah Kisah di tahun 1955 itu diterbitkan pula dalam kumpulan Robohnya Surau Kami (1956). Karyanya yang lain: Bianglala (1963), Hujan Panas (1964; Hujan Panas dan Kabut Musim, 1990), Kemarau (1967), Saraswati, si Gadis dalam Sunyi (1970; novel ini memperoleh penghargaan Sayembara Mengarang UNESCO/IKAPI 1968), Dermaga dengan Empat Sekoci (1975), Di Lintasan Mendung (1983), Alam Terkembang Jadi Guru (1984), Jodoh (1998).


Abdul Hadi WM dilahirkan di Sumenep, Madura, 24 Juni 1946. Antara 1967-83 pernah menjadi redaktur Gema Mahasiswa, Mahasiswa Indonesia, Budaya Jaya, Berita Buana, dan penerbit Balai Pustaka. Pada 1973-74 mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat. Karya-karyanya: Riwayat (1967) Laut Belum Pasang (1971), Cermin (1975), Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975), Meditasi (1976; meraih hadiah Buku Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta 1976-77), Tergantung Pada Angin (1977), Anak Laut Anak Angin (1983; mengantarnya menerima penghargaan SEA Write Award 1985). Sejumlah sajaknya diterjemahkan Harry Aveling dan disertakan dalam antologi Arjuna in Meditation (1976). Karya-karya terjemahannya: Faus (Goethe), Rumi: Sufi dan Penyair (1985), Pesan dari Timur (1985; Mohammad Iqbal), Iqbal: Pemikir Sosial Islam dan Sajak-sajaknya (1986; bersama Djohan Effendi), Kumpulan Sajak Iqbal: Pesan kepada Bangsa-bangsa Timur (1985), Kehancuran dan Kebangunan: Kumpulan Puisi Jepang (1987). Kumpulan esainya, Kembali ke Akar Kembali ke Sumber diluncurkan pada 1999, dua puluh tahun setelah ia menerima Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.


Abdul Muis dilahirkan di Solok, Sumatera Barat, 1886, dan meninggal di Bandung, 17 Juli 1959. Menulis novel Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Surapati (1950), Robert Anak Surapati (1953), dan menerjemahkan antara lain: Don Quixote de la Mancha (1928; Carventes), Tom Sawyer Anak Amerika (1928; Mark Twain); Sebatang Kara (1932; Hector Malot), Tanah Airku (1950; C. Swann Koopman).


Abrar Yusra dilahirkan di Agam, Sumatera Barat, 26 Maret 1943. Karya-karya mantan redaktur pelaksana harian Singgalang yang kini banyak menulis buku biografi ini, antara lain: Ke Rumah-rumah Kekasih (1975), Siul (1975), Aku Menyusuri Sungai Waktu (1976), Amir Hamzah 1911-1946 sebagai Manusia dan Penyair (1996).


Achdiat K. Mihardja dilahirkan di Garut, Jawa Barat, 6 Maret 1911. Sebelum menjadi dosen Universitas Nasional Australia dari 1961 hingga pensiun, ia pernah bekerja sebagai guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra Indonesia. Karyanya antara lain: Polemik Kebudayaan (1948; [ed].), drama Bentrokan dalam Asmara (1952), Pak Dullah in Extremis (1977), dan novel Debu Cinta Bertebaran (1973) serta Atheis (1949). Yang terakhir ini adalah karyanya yang paling terkenal dan memperoleh Hadiah Tahunan Pemerintah RI pada 1969. Tiga tahun kemudian novel tersebut diterjemahkan R.J. Maguire ke dalam bahasa Inggris.


Ahmad Tohari dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948. Pernah bekerja sebagai redaktur majalah Keluarga dan Amanah. Karya-karyanya: Kubah (1980; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama 1980), Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jantera Bianglala (1986; meraih hadiah Yayasan Buku Utama 1986), Di Kaki Bukit Cibalak (1986; pemenang salah satu hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1979), Senyum Karyamin (1989), Bekisar Merah (1993), Kiai Sadrun Gugat (1995), Lingkar Tanah Lingkar Air (1995), Nyanyian Malam (2000). Novelis yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing ini adalah salah seorang alumnus International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, dan pada 1985 dianugerahi SEA Write Award.


Ajip Rosidi dilahirkan di Jatiwangi, Jawa Barat, 31 Januari 1938. Karya-karya Profesor Gaidai University of Foreign Studies Jepang ini antara lain: Tahun-tahun Kematian (1955), Pesta (1956; bersama Sobron Aidit dan S.M. Ardan), Di Tengah Keluarga (1956), Sebuah Rumah Buat Hari Tua (1957; meraih Hadiah Sastra Nasional BMKN), Perjalanan Penganten (1958), Surat Cinta Enday Rasidin (1960), Jeram (1970), Jakarta dalam Puisi Indonesia (1972; [ed.]), Laut Biru Langit Biru (1977; [ed.]), Syafruddin Prawiranegara Lebih Takut kepada Allah Swt. (1986; [ed.]), Nama dan Makna (1988), Terkenang Topeng Cirebon (1992), Sastra dan Budaya Kedaerahan dalam Keindonesiaan (1995). Bersama Matsuoka Kunio, ia juga menerjemahkan novel-novel Kawabata Yasunari Penari-penari Jepang (1985; Izu no odoriko) dan Daerah Salju (1987; Yukiguni).


Akhudiat dilahirkan di Banyuwangi, Jawa Timur, 5 Mei 1946. Peserta International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, pada 1975. Sejumlah naskah dramanya memenangkan Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara Dewan Kesenian Jakarta. Karya-karyanya antara lain: Gerbong-gerbong Tua Pasar Senen (1971), Grafito (1972), Rumah Tak Beratap Rumah Tak Berasap dan Langit Dekat dan Langit Jauh (1974), Jaka Tarub (1974), Bui (1975), Re (1977), Suminten dan Kang Lajim (1982), dan Memo Putih (2000).


Ali Hasjmy dilahirkan Seulimeum, Aceh, 28 Maret 1914, dan meninggal di Banda Aceh, 18 Januari 1998. Pernah menjabat Gubernur Aceh dan Rektor IAIN Jami`ah Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh. Tulisan-tulisannya berupa puisi dan novel. Karya-karyanya antara lain: Kisah Seorang Pengembara (1936), Sayap Terkulai (1936), Bermandi Cahaya Bulan (1938), Melalui Jalan Raya Dunia (1939), Suara Azan dan Lonceng Gereja (1948), Dewan Sajak (1940), Dewi Fajar (1940), Jalan Kembali (1964), Tanah Merah (1980).


Amir Hamzah dilahirkan di Tanjungpura, Sumatera Utara, 28 Februari 1911 dan meninggal di Kuala Begumit, di provinsi yang sama, 20 Maret 1946, sebagai korban dari suatu “revolusi sosial”. Ia merupakan pendiri majalah Pujangga Baru (1933) bersama-sama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane. Dua kumpulan puisinya, Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941) tak henti-henti menjadi bahan pembicaraan dan kajian para kritikus sastra di dalam dan luar negeri serta diajarkan di sekolah-sekolah hingga saat ini. Selain itu ia pun melahirkan karya-karya terjemahan: Setanggi Timur (1939), Bagawat Gita (1933), Syirul Asyar (tt.).


Arifin C. Noer dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, 10 Maret 1941, dan meninggal di Jakarta, 28 Mei 1995. Pendiri Teater Kecil ini menulis puisi, drama, dan menyutradarai sejumlah film. Karya-karyanya anatara lain: Nurul Aini (1963), Mega-mega (1967), Kapai-kapai (1967; diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris), Prita Istri Kita, Umang-umang, Selamat Pagi Jajang (1979).


Armijn Pane dilahirkan di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 18 Agustus 1908, dan meninggal di Jakarta, 16 Februari 1970. Antara 1933-55 pernah menjadi redaktur majalah Pujangga Baru, Balai Pustaka, dan majalah Indonesia. Novelnya, Belenggu (1940), hingga saat ini dipandang sebagai peretas penulisan novel Indonesia modern. Karya-karyanya yang lain: Jiwa Berjiwa (1939), Kort overzicht van de Moderne Indonesische Literatuur (1949), Kisah Antara Manusia (1953), Jinak-jinak Merpati (1953), Gamelan Jiwa (1960), Tiongkok Zaman Baru, Sejarahnya: Abad ke-19 Sekarang (1953). Ia pun menerjemahkan dan menyadur novel dan drama, yaitu: Membangun Hari Kedua (1956; Ilya Ehtenburg) dan Ratna (1943; Hendrik Ibsen).


Asrul Sani dilahirkan di Rao, Sumatera Barat, 10 Juni 1926. Lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia (1955) ini pernah menjadi redaktur Pujangga Baru, Gema Suasana, Gelanggang, dan Citra Film. Karya-karya aslinya adalah: Tiga Menguak Takdir (1950; bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin), Dari Suatu Masa Dari Suatu Tempat (1972), Mantera (1975), Mahkamah (1988). Selain banyak menulis skenario dan menyutradarai film, ia dikenal sebagai penerjemah andal dan produktif. Karya-karya terjemahannya, antara lain: Laut Membisu (1949; Vercors), Pangeran Muda (1952; Antoine de Saint Exupery), Enam Pelajaran bagi Calon Aktor (1960; Richard Bolslavsky), Rumah Perawan (1977; Kawabata Yasunari), Villa des Roses (Willem Elschot), Puteri Pulau (1977; Maria Dermout), Kuil Kencana (1978; Yukio Mishima), Pintu Tertutup (1979; Jean Paul Sartre), Julius Caesar (1979; William Shakespeare), Sang Anak (1979; Rabindranath Tagore); Catatan dari Bawah Tanah (1979; Dostoyevsky), Keindahan dan Kepiluan (1986; Nikolai Gogol).


BM Syamsuddin dilahirkan di Natuna, Kepulauan Riau, 10 Mei 1935, dan meningal di Bukitttingi, 20 Februari 1997. Karya-karyanya berupa puisi dan cerpen dimuat di antaranya di Kompas dan Suara Karya Minggu. Selain sejumlah buku cerita anak, ia menulis antara lain: Seni Lakon Mendu Tradisi Pemanggungan dan Nilai Lestari (1995) dan Seni Teater Tradisional Mak Yong.


Budi Darma dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, 25 April 1937. Meraih M.A. dan Ph.D di Indiana University, Bloomington, Amerika Serikat. Novelis yang pernah menjadi Rektor IKIP Surabaya ini meraih SEA Write Award pada 1984. Karya-karyanya: Orang-orang Bloomington (1980), Solilokui (1983), Olenka (1983; pemenang pertama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1980 dan Hadiah Sastra DKJ 1983), Sejumlah Esai Sastra (1984), Rafilus (1988), Harmonium (1995), Ny Talis (1996). Sebuah cerpennya, “Derabat”, terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1999 dan dipublikasikan pada buku berjudul sama.


Bur Rasuanto dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan, 6 April 1937. Karya-karya salah seorang penanda tangan utama Manifes Kebudayaan dan doktor dalam bidang filsafat ini adalah: Bumi yang Berpeluh (1963), Mereka Akan Bangkit (1963; meraih Hadiah Sastra Yamin, namun ditolak pengarangnya), Mereka Telah Bangkit (1966), Sang Ayah (1969), Manusia Tanah Air (1969), Tuyet (1978; mendapat hadiah utama Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1978).


BY Tand dilahirkan di Asahan, Sumatera Utara, 10 Agustus 1942. Karya-karyanya: Ketika Matahari Tertidur (1979), Sajak-sajak Diam (1983), Sketsa (1984; memenangkan Hadiah Utama Hadiah Puisi Putra II Malaysia), Alif Ba Ta (t.t.), Khatulistiwa (1981), Titian Laut I, II, III (1982; terbit di Malaysia), Si Hitam (1990), dan antologi Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (Suratman Markasan [ed.]).


Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, sastrawan yang oleh H.B. Jassin dinobatkan sebagai Pelopor angkatan 45 dalam puisi itu, mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka” (1946). Kumpulan puisi penyair yang pernah menjadi redaktur ruang budaya Siasat “Gelanggang” dan Gema Suasana ini adalah Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (1949), Deru Campur Debu (1949), Tiga Menguak Takdir (1950; bersama Asrul Sani dan Rivai Apin), Aku Ini Binatang Jalang (1986), Derai-derai Cemara (1998). Karya-karya terjemahannya: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948; Andre Gide), Kena Gempur (1951; John Steinbeck). Penerjemahan karya-karyanya ke dalam bahasa Inggris dan Jerman dilakukan Burton Raffel, Chairil Anwar: Selected Poems (New York: 1963) dan The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar (New York: 1970), Liaw Yock-Fang (Singapura: 1974), Walter Karwath, Feur und Asche (Wina: 1978). Karya-karya studi tentang Chairil Anwar antara lain dilakukan oleh: S.U.S. Nababan, A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar (New York: 1976), Boen S. Oemarjati, Chairil Anwar: the Poet and His Language (Den Haag: 1972).


Chairul Harun dilahirkan Kayutanam, Sumatera Barat, Agustus 1940, dan meninggal di Padang, 19 Februari 1998. Karya-karyanya antara lain: Monumen Safari (1966) dan Warisan (1979; novel penerima hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1979)


D. Zawawi Imron dilahirkan di Sumenep, Madura, 1946. Karya-karya penyair yang meraih Hadiah Utama dalam lomba penulisan puisi AN-Teve pada 1995 ini, antara lain: Semerbak Mayang (1977), Madura Akulah Lautmu (1978), Celurit Emas (1980), Bulan Tertusuk Ilalang (1982), Nenek Moyangku Airmata (1985; mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K, 1985), Bantalku Ombak Selimutku Angin (1996), Lautmu Tak Habis Gelombang (1996), Madura Akulah Darahmu (1999).


Damiri Mahmud dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 1945. Karya-karyanya: Tiga Muda (1980), Aku Senantiasa Mencari (1982), Sajak-sajak Kamar (1983), Kuala (1975), Puisi (1977), Rantau (1984). Puisi-puisinya dimuat pula di Horison, Basis, Republika, dan lain-lain.


Danarto dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah, 27 Juni 1940. Karya-karya penerima SEA Write Award 1988 ini adalah: Godlob (1975), Adam Ma`rifat (1982; meraih Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta dan Yayasan Buku Utama pada tahun yang sama), Berhala (1987; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1987), Orang Jawa Naik Haji (1984), Obrok Owok-owok, Ebrek Ewek-ewek (1976), Bel Geduwel Beh (1976), Gergasi (1993), Gerak-gerak Allah (1996), dan Asmaraloka (1999).


Darman Moenir dilahirkan di Batusangkar, Sumatera Barat, 27 Juli 1952. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, pada 1988, dan empat tahun kemudian menerima Hadiah Sastra dari Pemerintah RI. Karya-karyanya antara lain: Gumam (1976), Bako (1983; novel pemenang hadiah utama Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1980), Aku Keluargaku Tetanggaku (pemenenang kedua Sayembara Novel Kartini 1987), Jelaga Pusaka Tinggi (1997). Karyanya yang lain dapat ditemukan pula dalam antologi Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991; Suratman Markasan [ed.]).


Darmanto Jatman dilahirkan dilahirkan di Jakarta, 16 Agustus 1942. Karya-karyanya antara lain: Sajak-sajak Putih (1968), Ungu (1968; bersama A. Makmur Makka), Bangsat (1974), Sang Darmanto (1975), Ki Blakasuta Bla Bla (1980), Karto Iya Bilang Mboten (1981), Sastra, Psikologi, dan Masyarakat (1985), Sekitar Masalah Kebudayaan (1986), Golf untuk Rakyat (1994), Istri (1997). Sejumlah sajaknya, bersama sejumlah sajak penyair lain seperti Abdul Hadi WM dan Sutardji Calzoum Bachri, diterjemahkan Harry Aveling dan dipublikasikan dalam Arjuna in Meditation (1976).


Djamil Suherman dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, 24 April 1924, dan meninggal di Bandung, 30 November 1985. Karya-karyanya berupa puisi, novel dan cerita pendek: Muara (1958; bersama Kaswanda Saleh), Manifestasi (1963), Perjalanan ke Akhirat (1963; memenangkan hadiah kedua Majalah Sastra 1962), Umi Kulsum (1983), Pejuang-pejuang Kali Pepe (1984), Sarip Tambakoso (1985), Sakerah (1985).


Ediruslan Pe Amanriza dilahirkan di Pekanbaru, Riau, 17 Agustus 1947. Kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung tidak ia selesaikan. Kumpulan puisinya: Surat-suratku kepada GN, Vogabon, Bukit Kawin, Wangkang. Sementara novel-novelnya: Di Bawah Matahari, Taman, Jakarta di Manakah Sri, Nakhoda (mendapat Hadiah Sayembara mengarang Roman DKJ 1977), Panggil Aku Sakai (1987) Ke Langit (1993), Koyan, Jembatan, Dikalahkan Sang Sapurba (2000). Kumpulan cerita pendeknya: Renungkanlah Markasan (1997).


Frans Nadjira dilahirkan di Makassar, 3 September 1942. Sastrawan yang juga pelukis ini pada 1979 mengikuti Iowa International Writing Program, di Iowa City, Amerika Serikat. Puisi dan cerpennya tersebar di berbagai media publikasi, antara lain di Horison, Sinar Harapan, Bali Post, AIA News (Australia), termasuk di beberapa antologi bersama Laut Biru Langit Biru, Puisi Asean, Tonggak, The Spirit That Moves Us (USA), On Foreign Shores, Teh Ginseng, A Bonsai’s Morning, dan Ketika Kata Ketika Warna. Kumpulan puisinya: Jendela dan Springs of Fire Springs of Tears, dan kumpulan cerpennya Bercakap-cakap di Bawah Guguran Daun.


Gerson Poyk dilahirkan di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur, 16 Juni 1931. Peserta angkatan pertama dari Indonesia pada International Writing Program di Iowa University Amerika Serikat ini, memenangkan Hadiah Adinegoro pada 1985 dan 1986, dan SEA Write Award pada 1989. Novel dan kumpulan cerita pendeknya, antara lain: Hari-hari Pertama (1968), Sang Guru (1971), Matias Ankari (1975), Oleng-kemoleng & Surat-surat Cinta Rajaguguk (1975), Nostalgia Nusatenggara (1976), Jerat (1978), Cumbuan Sabana (1979), Seutas Benang Cinta (1982), Giring-giring (1982), Di Bawah Matahari Bali (1982), Requiem untuk Seorang Perempuan (1983), Anak Karang (1985), Doa Perkabungan (1987), Impian Nyoman Sulastri dan Hanibal (1988), Poti Wolo (1988).


Goenawan Mohamad dilahirkan di Batang, Jawa Tengah, 29 Juli 1941. Pemimpin redaksi majalah Tempo selama 23 tahun yang juga mantan wartawan harian Kami ini dikenal luas sebagai penyair dan penulis esai yang sangat cerdas. Karya-karyanya antara lain: Pariksit (1971), Potret Penyair Muda sebagai Si Malin Kundang (1972), Interlude (1973), Seks, Sastra, Kita (1980), Catatan Pinggir (1982-91; empat jilid), Asmaradana (1992), Misalkan Kita di Sarajevo (1998). Salah seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan ini, pada 1973 mendapat Anugerah Seni dari Pemerintah RI, dan delapan tahun kemudian meraih SEA Write Award.


Hamid Jabbar dilahirkan di Kotagadang, Sumatera Barat, 27 Juli 1949. Karya-karya penyair yang pernah menjadi wartawan Indonesia Express, Singgalang, dan redaktur Balai Pustaka ini antara lain: Paco-Paco (1974), Dua Warna (1975; bersama Upita Agustine), Wajah Kita (1981), Siapa Mau Jadi Raja, Raja Berak Menangis, Zikrullah. Cerpennya, “Engku Datuk Yth. Di Jakarta” terpilih masuk ke dalam antologi Cerita Pendek Indonesia IV (1986; Satyagraha Hoerip [ed.]). Kumpulan puisinya terakhir: Super Hilang, Segerobak Sajak (1998; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama).


HAMKA dilahirkan di Maninjau, Sumatera Barat, 16 Februari 1908, dan meningal di Jakarta, 24 Juli 1981. Pernah memimpin majalah Pedoman Masyarakat, Gema Islam, Panji Masyarakat, dan hingga akhir hayatnya menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia. Karya-karya peraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar (Mesir) ini antara lain: Di Bawah Lindungan Ka`bah (1938), Merantau ke Deli (1938), Karena Fitnah (1938), Tuan Direktur (1939), Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (1939), Keadilan Ilahi (1941), Di Dalam Lembah Kehidupan (1941), Dijemput Mamaknya (1949), Menunggu Beduk Berbunyi (1950), Kenang-kenangan Hidup I-IV (1951-52), Lembah Nikmat (1959), Cemburu (1961), Cermin Penghidupan (1962), Ayahku (1967), dan sejumlah buku filsafat, etika, dan khotbah.


Hamsad Rangkuti dilahirkan di Titikuning, Sumatera Utara, 7 Mei 1943. Sastrawan yang hampir setiap tahun karyanya selalu masuk dalam kumpulan cerita pendek terbaik Kompas ini, hingga sekarang menjabat pemimpin redaksi majalah sastra Horison. Karya-karyanya: Lukisan Perkawinan (1982), Cemara (1982), Lampu Merah (1988; novel yang memenangkan hadiah harapan Sayembara Mengarang Roman DKJ 1980), Kereta Pagi Jam 5 (1994), dan Sampah Bulan Desember (2000).


Hartoyo Andangjaya dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 4 Juli 1930, dan meninggal di kota kelahirannya, 30 Agustus 1991. Karya-karya aslinya: Simphoni Puisi (1954; bersama D.S. Moeljanto), Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, et. al.), Buku Puisi (1973), Dari Sunyi ke Bunyi (1991; kumpulan esai peraih hadiah Yayasan Buku Utama Depdikbud 1993). Karya-karya terjemahannya: Tukang Kebun (1976; Rabindranath Tagore), Kubur Terhormat bagi Pelaut (1977; Slauerhoff), Rahasia Hati (1978; Natsume Soseki), Musyawarah Burung (1983; Farid al-Din Attar), Puisi Arab Modern (1984), Kasidah Cinta (tt.; Jalal al-Din Rumi).


HS Djurtatap dilahirkan di Payakumbuh, Sumatera Barat, 2 Juni 1947. Sejak 1974 menjadi redaktur harian Pelita Jakarta. Karya-karyanya dimuat antara lain di Horison. Dua sajaknya dimuat dalam antologi Sajak-sajak Perjuangan dan Tanah Air (1995; Oyon Sofyan [ed.]).


Husni Djamaluddin dilahirkan di Mandar, Sulawesi Selatan, 10 November 1934. Karya-karyanya: Puisi Akhir Tahun (1969), Obsesi (1970), Kau dan Aku (1973), Anu (1974), Toraja (1979), Sajak-sajak dari Makassar (1974), Bulan Luka Parah (1986), Berenang-renang ke Tepian, dan antologi Puisi ASEAN Buku III (1978).


Ibrahim Sattah dilahirkan di Pulau Tujuh, Riau Kepulauan, 1943, dan meninggal di Pekanbaru, 19 Januari 1988. Karya-karya penyair berpendidikan terakhir kelas 1 SMA dan pernah menjadi dosen Universitas Islam Riau serta Wakil Kepala Pusat Penerangan Angkatan Bersenjata RI Riau/Sumatera Barat itu terkumpul dalam: Dandandid (1975), Ibrahim (1980), dan Hai Ti (1981).


Idrus dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, 21 September 1921, dan meninggal di kota yang sama, 18 Mei 1979. Tahun 1965–79, mengajar di Universitas Monash, Australia. Penutur fasih yang pernah menjadi redaktur majalah Kisah dan Indonesia ini dikenal sebagai pelopor penulisan prosa dalam kesusastraan Indonesia modern. Karya-karya drama, cerita pendek, novel dan terjemahannya adalah: Dokter Bisma (1945); Kejahatan Membalas Dendam (1945), Jibaku Aceh (1945), Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (1948), Keluarga Surono (1948), Aki (1949), Perempuan dan Kebangsaan (1949), Dua Episode Masa Kecil (1952), Dengan Mata Terbuka (1961), Hati Nurani Manusia (1963), Hikayat Puteri Penelope (1973), Kereta Api Baja (1948; Vsevold Ivanov), Acoka (1948; G. Gonggrijp), Keju (1948; Willem Elschot), Perkenalan (1949; Anton Chekov, Luigi Pirandello, Guy de Maupassant, dan Jeroslav Hasek).


Idrus Tintin dilahirkan di Rengat, Riau, 10 November 1932. Ia pernah menjadi guru di SMAN II Pekanbaru dan mengasuh Sanggar Teater Bahana. Tiga kumpulan puisinya: Luput, Burung Waktu, dan Nyanyian di Lautan, Tarian di Tengah Hutan dikumpulkan kembali dalam Idrus Tintin: Seniman dari Riau Kumpulan Puisi dan Telaah (1996).


Ike Soepomo dilahirkan di Serang, Banten, 28 Agustus 1946. Menulis sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama. Hampir seluruh novelnya telah difilmkan. Selain novel, ia menulis cerita pendek, novelet, artikel, skenario film. Karya-karyanya antara lain: Untaian yang Terberai, Anyelir Merah Jambu, Putihnya Harapan, Permata, Lembah Hijau, Malam Hening Kasih Bening, Mawar Jingga, Kembang Padang Kelabu, Kabut Sutra Ungu. Film yang didasarkan pada karyanya yang paling populer, Kabut Sutra Ungu, meraih beberapa piala “Citra” serta penghargaan Festival Film Asia di Bali. Sedangkan beberapa skenario film yang ditulisnya adalah: Hati Selembut Salju, Mawar Jingga, Hilangnya Sebuah Mahkota.


Iwan Simatupang dilahirkan di Sibolga, Sumatera Utara, 18 Januari 1928, dan meninggal di Jakarta, 4 Agustus 1970. Sastrawan yang pernah memperdalam antropologi dan filsafat di Belanda dan Perancis serta sempat meredakturi Siasat dan Warta Harian. Ia dikenal dengan novel-novelnya yang mengusung semangat eksistensialisme: Merahnya Merah (1968), Kooong (1975; mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K, 1975), Ziarah (1969), Kering (1972). Dua novel yang disebut terakhir diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris. Cerpen-cerpennya dikumpulkan dalam Tegak Lurus dengan Langit (1982), sedangkan puisi-puisinya dalam Ziarah Malam (1993).


J.E. Tatengkeng dilahirkan di Sangir-Talaud, Sulawesi Utara, 19 Oktober 1907, dan meninggal di Ujungpandang, 6 Maret 1968. Karya masyhur salah seorang pendiri Universitas Hasanuddin dan pernah menjabat Perdana Menteri NTT di tahun 1949 ini adalah Rindu Dendam (1934).


Kirdjomuljo dilahirkan di Yogyakarta, 1930, dan meninggal di kota kelahirannya, 19 Januari 2000. Karya-karyanya yang sudah diterbitkan: Romance Perjalanan I (1955), Nona Maryam (1955), Penggali Kapur (1956), Penggali Intan (1957), Dari Lembah Pualam (1967), Di Saat Rambutnya Terurai (1968), Cahaya di Mata Emi (1968), Romansa Perjalanan (1976). Karya-karyanya dapat ditemukan pula dalam Tugu (1986) dan Tonggak 2 (1987), keduanya dieditori Linus Suryadi AG.


Korrie Layun Rampan dilahirkan di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953. Pernah bekerja sebagai direktur keuangan merangkap redaktur pelaksana majalah Sarinah. Karya-karyanya tersebar di berbagai antologi, majalah dan surat kabar. Selain menerjemahkan karya-karya sastrawan dunia, ia juga telah menulis sekitar 100 judul buku cerita anak-anak. Karya-karya pentingnya antara lain: Matahari Pingsan di Ubun-ubun (1976), Upacara (1978; novel pemenang Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1976), Cuaca di Atas Gunung dan Lembah (1985; meraih hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1985), Pembicaraan Puisi Indonesia (6 jilid), Api Awan Asap (1999), Perawan (2000), Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (2000), Leksikon Susastra Indonesia (2000).


Kuntowijoyo dilahirkan di Bantul, Yogyakarta, 18 September 1943. Di tahun 1974 meraih MA dari Universitas Connecticut, dan enam tahun kemudian Ph.D. dari Universitas Columbia, keduanya di Amerika Serikat. Dikenal sebagai sejarawan, novelis, penulis cerpen, esais, dan penyair. Karya-karyanya antara lain: Kereta Api yang Berangkat Pagi Hari (1966), Rumput-rumput Danau Bento (1969), Tidak Ada Waktu bagi Nyonya Fatma (1972), Barda dan Cartas (1972), Topeng Kayu (1973; mendapat hadiah kedua Sayembara Penulisan Lakon DKJ 1973), Isyarat (1976), Suluk Awang Uwung (1976), Khotbah di Atas Bukit (1976), Dinamika Umat Islam Indonesia (1985), Budaya dan Masyarakat (1987), Paradigma Islam, Interpretasi untuk Aksi (1991), Radikalisasi Petani (1993), Dilarang Mencintai Bunga-bunga (1993), Pasar (1995). Kedua cerpennya dijadikan dua judul buku antologi cerpen penting: Laki-laki yang Kawin dengan Peri dan Sampan Asmara (masing-masing cerpen terbaik harian Kompas 1994 dan 1995).


Leon Agusta dilahirkan di Sangiran, Maninjau, Sumatera Barat, 5 Agustus 1938. Karya-karyanya: Monumen Safari (1966), Catatan Putih (1976), Di Bawah Bayangan Sang Kekasih (1978), Hukla (1979), Berkemah dengan Putri Bangau (1981), Hedona dan Masochi (1984).


LK Ara lahir di Takengon, Aceh, 1937. Karya-karyanya: Angin Laut Tawar (1969), Saefuddin Kadir Tokoh Drama Gayo (1971), Serangkum Saer Gayo (1980), Namaku Bunga (1980), Anggrek Berbunga (1982), dan lain-lain. Bersama Taufiq Ismail menyunting Antologi Sastra Aceh, Seulawah (1995).


M. Fudoli Zaini dilahirkan di Sumenep, Madura, 8 Juni 1942. Meraih M.A. dan Ph. D. di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Karya-karyanya: Lagu dari Jalanan (1982), Potret Manusia (1983), Kota Kelahiran (1985; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K, 1985), Arafah (1985), Batu-batu Setan (1994). Cerita pendeknya terdapat pula dalam Antologi Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968; H.B. Jassin [ed.]), Laut Biru Langit Biru (1977; Ajip Rosidi [ed.]).


M. Saribi Afn dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah, 15 Desember 1936. Ia pernah menjadi redaktur majalah Konfrontasi, Gema Islam, Panji Masyarakat, harian Abadi. Sajaknya, “Hari Ini adalah Hari yang Penuh dengan Rahmat dan Ampunan”, meraih hadiah majalah Sastra (1962). Karya-karyanya terkumpul dalam Gema Lembah Cahaya (1962), Manifestasi (1963; [ed.]), dan diangkat pula ke dalam Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968; H.B. Jassin [ed.]) dan Tonggak 2 (1987; Linus Suryadi AG [ed.]).


Mansur Samin dilahirkan di Batangtoru, Sumatera Utara, 29 April 1930. Ia banyak menulis drama dan cerita anak-anak. Karya-karyanya: Perlawanan (1966), Kebinasaan Negeri Senja (1968), Tanah Air (1969), Dendang Kabut Senja (1988), Sajak-sajak Putih (1996), Sontanglelo (1996), Srabara (1996). Ia juga banyak menulis cerita anak-anak, yaitu: Hadiah Alam, Hidup adalah Kerja, Kesukaran Terkalahkan, Percik Air Batang Toru, Warna dan Kasih, dan Urip yang Tabah.


Marah Rusli dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, 7 Agustus 1889, dan meningal di Bandung, 17 Januari 1968. Novelnya yang masyhur, Sitti Nurbaya hingga 1996 telah 22 kali dicetak ulang. Karya-karyanya yang lain: La Hami (1952), Anak dan Kemenakan (1956), otobiografi Memang Jodoh, dan novel terjemahan Gadis yang Malang (1922; Charles Dickens).


Mochtar Lubis dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, 7 Maret 1922. Mantan wartawan LKBN Antara ini memimpin harian Indonesia Raya sejak 1951 hingga koran tersebut dilarang terbit pada 1974. Karena tulisan-tulisannya di surat kabar itu pula, selama sepuluh tahun (1956-66) ia ditahan Pemerintah Orde Lama. Sejak 1966, ia memimpin majalah sastra Horison. Ketua Yayasan Indonesia ini adalah penerima Penghargaan Magsaysay dari Pemerintah Filipina (1958), Pena Emas dari World Federation of Editor and Publisher (1967), dan Hadiah Sastra Chairil Anwar (1992) dari Dewan Kesenian Jakarta. Kumpulan cerita pendek dan novel-novelnya adalah: Si Jamal dan Cerita-cerita Lain (1951), Perempuan (1956; mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-56), Kuli Kontrak (1982), Bromocorah (1983), Tak Ada Esok (1951), Jalan Tak Ada Ujung (1952; memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN 1952), Tanah Gersang (1966), Senja di Jakarta (1970), Harimau! Harimau! (1975; mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1975), Maut dan Cinta (1977). Karya-karya terjemahannya: Tiga Cerita dari Negeri Dolar (1950; John Steinbeck, Upton Sinclair, John Russel), Orang Kaya (1950; F. Scott Fitzgerald), Yakin (1950; Irwin Shaw), Kisah-kisah dari Eropah (1952), dan Cerita dari Tiongkok (1953).


Mohammad Diponegoro dilahirkan di Yogyakarta, 28 Juni 1928, dan meninggal di kota yang sama, 9 Mei 1982. Karya-karya pendiri dan pemimpin Teater Muslim yang pernah menjadi Wakil Pimpinan Umum/Wakil Pemimpin Redaksi Suara Muhammadiyah (1975-82) ini antara lain: Surat pada Gubernur, Kabar Wigati dan Kerajaan (1977), Duta Islam untuk Dunia Modern (1983; bersama Ahmad Syafii Maarif), Iblis (1983), Percik-percik Pemikiran Iqbal (1983), Siasat (1984), Yuk, Nulis Cerpen, Yuk (1985), Odah dan Cerita Lainnya, dan antologi puisi Manifestasi (1963).


Motinggo Busye dilahirkan di Kupangkota, Lampung, 21 November 1937, dan meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999. Menulis banyak novel, menyutradarai film, dan melukis. Karya-karyanya antara lain: drama Malam Jahanam (1958; memenangkan hadiah pertama Sayembara Penulisan Drama Departemen P & K 1958), novel Malam Jahanam (1962), Badai Sampai Sore (1962), Tidak Menyerah (1962), Keberanian Manusia (1962), 1949 (1963), Bibi Marsiti (1963), Hari Ini Tidak Ada Cinta (1963), Perempuan Itu Bernama Barabah (1963), Dosa Kita Semua (1963), Tiada Belas Kasihan (1963), Nyonya dan Nyonya (1963), Sejuta Matahari (1963), Matahari dalam Kelam (1963), Nasehat untuk Anakku (1963), Malam Pengantin di Bukit Kera (1963), Cross Mama (1966), Tante Maryati (1967), Sri Ayati (1968), Retno Lestari (1968), Dia Musuh Keluarga (1968), Madu Prahara (1985). Cerita pendeknya, “Dua Tengkorak Kepala”, terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas dan dipublikasikan dalam kumpulan cerita pendek berjudul sama (2000).


Muhammad Ali dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, 23 April 1927, dan meninggal di kota itu juga, 2 Juni 1998. Menulis sejak 1942. Tulisan-tulisannya terdiri dari novel, cerita pendek, puisi, drama. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain: 5 Tragedi (1952), Kubur Tak Bertanda (1953), Siksa dan Bayangan (1954), Di Bawah Naungan Al-Qur`an (1957), Hitam Atas Putih (1959), Si Gila (1969), Kembali kepada Fitrah (1969), Qiamat (1971), Bintang Dini (1975), Buku Harian Seorang Penganggur (1976), Nyanyian Burdah (1980), Teknik Penghayatan Puisi (1983).


Muhammad Yamin dilahirkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, 23 Agustus 1903, dan meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962. Menulis (dan menerjemahkan) karya sastra dan sejarah dalam berbagai bentuk: puisi, drama, biografi. Antara lain: Tanah Air (1922), Indonesia Tumpah Darahku (1928), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (1932), Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara (1945), Menantikan Surat dari Raja (1928; Rabindranath Tagore), Di Dalam dan di Luar Lingkungan Rumah Tangga (1933), Pangeran Dipanegara (1950), Lukisan Revolusi (1950), Julius Caesar (1951; William Shakespeare). Puisi-puisi penyair yang memperkenalkan soneta ke dalam khasanah puisi Indonesia ini dapat ditemukan pula dalam Antologi Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (1963; H.B. Jassin [ed.]), Tonggak (1987; Linus Suryadi AG [ed.]).


Mustofa Bisri dilahirkan di Rembang, 10 Agustus 1944. Sering menggunakan nama samaran M. Ustov Abi Sri. Lulusan Universitas Al-Azhar (Kairo, Mesir) ini kerap mengikuti forum baca puisi, termasuk di Festival Mirbid X di Irak. Karya-karyanya dimuat dalam sejumlah antologi puisi bersama, antara lain: Puisi Syukuran Tutup Tahun 1989; Bosnia Kita; Parade Puisi Indonesia; Antologi Puisi Jawa Tengah. Kumpulan puisi tunggalnya adalah: Ohoi; Tadarus; dan Pahlawan dan Tikus.


N. Riantiarno dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, 6 Juni 1949. Peserta International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, pada 1978 yang dikenal pula sebagai pendiri dan pemimpin Teater Koma ini, membidani kelahiran majalah Zaman dan terakhir memimpin majalah Matra. Karya-karyanya antara lain Opera Kecoa, Ranjang Bayi dan Percintaan Senja (kedua novel yang disebut terakhir masing-masing memenangkan sayembara majalah Femina dan Kartini), Semar Gugat (1995), Cinta Yang Serakah (1978).


Nasjah Djamin dilahirkan di Perbaungan, Sumatera Utara, 24 Desember 1924, dan meninggal di Yogyakarta, 4 September 1997. Penerima Anugerah Seni Pemerinta RI di tahun 1970 yang sebelum menjadi redaktur Budaya dan bekerja di Bagian Kesenian Departemen P & K di Yogyakarta, hingga pensiunnya, pernah ikut mendirikan Angkatan Seni Rupa di Medan (1945) dan Gabungan Pelukis Indonesia di Jakarta (1948). Karya-karyanya antara lain: Titik-titik Hitam (1956), Sekelumit Nyanyian Sunda (1958; memenangan Hadiah Sastra nasional BMKN 1957-58), Hilanglah si Anak Hilang (1963), Helai-helai Sakura Gugur (1964), Gairah untuk Hidup dan untuk Mati (1968), Dan Senja Pun Turun (1982), Ombak Parangtritis (1983; mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1983), Bukit Harapan (1984; pemenang hadiah Sayembara Mengarang Roman DKJ 1980).


Nh. Dini dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari 1936. Karya-karyanya: Dua Dunia (1956), Hati yang Damai (1961), Pada Sebuah Kapal (1973), La Barka (1975), Keberangkatan (1977), Namaku Hiroko (1977), Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Padang Ilalang di Belakang Rumah (1979), Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979), Sekayu (1981), Amir Hamzah Pangeran dari Seberang (1981), Kuncup Berseri (1982), Tuileries (1982), Segi dan Garis (1983), Orang-orang Tran (1985), Pertemuan Dua Hati (1986), Jalan Bandungan (1989), Liar (1989; perubahan judul kumpulan cerita pendek Dua Dunia), Istri Konsul (1989), Tirai Menurun (1995), Panggilan Dharma Seorang Bhikku Riwayat Hidup Saddhamma Kovida Vicitta Bhanaka Girirakkhitto Mahathera (1996), Kemayoran (2000).


Nugroho Notosusanto dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah 15 Juli 1931, dan meninggal di Jakarta, 2 Juni 1985. Karya-karya sastrawan dan sejarawan yang pernah menjabat Rektor Universitas Indonesia (1982-85) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (1983-85) ini antara lain: Hujan Kepagian (1958), Tiga Kota (1959), Rasa Sayang (1961), Hijau Tanahku Hijau Bajuku (1963), Norma-norma dasar Penelitian Sejarah Kontemporer (1978), Tentara Peta pada Zaman Pendudukan Jepang (1979), Sejarah dan Sejarawan, Tercapainya Konsesus Nasional 1966-1969 (1985), Sejarah Nasional Indonesa I-IV (bersama Marwati Djoened Poesponegoro), dan sejumlah karya terjemahan.


Nur Sutan Iskandar dilahirkan di Maninjau, Sumatera Barat, 3 November 1893, dan meninggal di Jakarta, 28 November 1975. Menulis novel Apa Dayaku karena Aku Perempuan (1922), Karam dalam Gelombang Percintaan (1924; ditulis bersama Abd. Ager). Cinta yang Membawa Maut (1926; ditulis bersama Abd. Ager), Salah Pilih (1928), Karena Mentua (1932), Tuba Dibalas dengan Air Susu (1933; ditulis bersama Asmaradewi); Hulubalang Raja (1934), Katak Hendak Menjadi Lembu (1935), Dewi Rimba (1935; ditulis bersama M. Dahlan), Neraka Dunia (1937), Cinta dan Kewajiban (1940; ditulis bersama L. Wairata), Cinta Tanah Air (1944), Mutiara (1946), Cobaan (1946), Jangir Bali (1946), Pengalaman Masa Kecil (1949), dan Turun ke Desa (1949). Ia pun menerjemahkan sejumlah karya sastra dunia, yaitu: Tiga Panglima Perang (1925; Alexander Dumas), Belut Kena Ranjau (1925; Baronese Orczy), Anjing Setan (1928; A. Conan Doyle), Graaf de Monte Cristo (1929; 6 jilid, Alexander Dumas), Anak Perawan di Jalan Sunyi dan Rahasia Seorang Gadis (1929; A. Conan Doyle, diterjemahkan bersama K. St. Pamoentjak), Gudang Intan Nabi Sulaiman (1929; H. Rider Haggard), Memperebutkan Pusaka Lama (1932; Edward Keyzer), Iman dan Pengasihan (1933; Henryk Sienkiewicz), dan Cinta dan Mata (tt; Rabindranath Tagore).


Piek Ardijanto Soeprijadi dilahirkan di Magetan, Jawa Timur, 12 Agustus 1929. Karya-karya penyair yang mengabdikan sebagian besar usianya sebagai seorang guru ini antara lain: Burung-burung di Ladang (1983), Percakapan Cucu dengan Neneknya (1983), Desaku Sayang (1983), Lagu Bening dari Rawa Pening (1984; mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K 1984), Menyambut Hari Sumpah Pemuda (1984), Lelaki di Pinggang Bukit (1984), Nelayan dan Laut (1995), Biarkan Angin Itu (1996). Selain itu, dimuat pula dalam antologi Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968; H.B. Jassin [ed.]), Tonggak 2 (1987; Linus Suryadi AG [ed.]).


Pramudya Ananta Toer dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925. Novelis Indonesia paling produktif dan terkemuka yang pernah meredakturi ruang kebudayaan “Lentera” Harian Rakyat (1962-65) dan dosen di Universitas Res Publica Jakarta ini, setelah peristiwa G30S/PKI ditahan di Jakarta dan Pulau Buru sebelum akhirnya dibebaskan pada 1979. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, antara lain: Inggris, Perancis, Jerman, Rusia, Jepang. Novel-novelnya yang telah diterbitkan: Kranji-Bekasi Jatuh (1947), Perburuan (1950; pemenang Hadiah Pertama Sayembara Balai Pustaka 1949), Keluarga Gerilya (1950), Mereka yang Dilumpuhkan (1951), Bukan Pasar Malam (1951), Di Tepi Kali Bekasi (1951), Gulat di Jakarta (1953), Maidah, Si Manis Bergigi Emas (1954), Korupsi (1954), Suatu Peristiwa di Banten Selatan (1958; menerima Hadiah Sastra Yayasan Yamin 1964, dan ditolak pengarangnya), Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), Gadis Pantai (1985), Rumah Kaca (1987), Arus Balik (1995), Arok Dedes (1999). Cerita-cerita pendeknya dikumpulkan dalam: Subuh (1950), Percikan Revolusi (1950), Cerita dari Blora (1952; memperoleh Hadiah Sastra Nasional BMKN 1952), Cerita dari Jakarta (1957; meraih Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957-58, dan ditolak oleh penulisnya). Sedangkan karya-karya terjemahannya antara lain: Tikus dan Manusia (1950; John Steinbeck), Kembali kepada Cinta Kasihmu (1950; Leo Tolstoy), Perjalanan Ziarah yang Aneh (1956; Leo Tolstoy), Kisah Seorang Prajurit Soviet (1956; Mikhail Solokhov), Ibu (1956; Maxim Gorky), Asmara dari Rusia (1959; Alexander Kuprin), Manusia Sejati (1959; Boris Pasternak). Selain itu, ia juga menulis memoar, esai, dan biografi.


Putu Wijaya dilahirkan di Tabanan, Bali, 11 April 1944. Karya-karya dramawan dan penulis cerita pendek paling produktif di Indonesia yang atas undangan Fulbright pernah mengajar di Amerika Serikat antara 1985-89 antara lain: Telegram (1972; novel yang memenangkan hadiah Sayembara Mengarang Roman DKJ 1971), Stasiun (1977; novel pemenang hadiah Sayembara Mengarang Roman DKJ 1971), Dar-Der-Dor (1996), Aus (1996), Zigzag (1996), Tidak (1999). Sejumlah karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Belanda, Rusia, Perancis, Jerman, Jepang, Arab, dan Thailand. Pada tahun 1991, atas prestasi dan pencapaiannya dalam bidang kebudayaan, ia menerima Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.


Rahim Qahhar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 29 Juni 1943. Menulis puisi, cerita pendek, drama, novel, dan skenario televisi. Karya-karyanya: Mabukku pada Bali (1983), Abraham ya Abraham (1984), Langit Kirmizi (1987; terbit di Malaysia), Melati Merah (1988; terbit di Malaysia), Sajak Buat Saddam Husein (1991). Selain itu, karyanya dimuat pula dalam sejumlah antologi penting, antara lain: Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991; Suratman Markasan [ed.]).


Ramadhan KH dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, 16 Maret 1927. Mantan redaktur majalah Kisah, Siasat Baru, dan Budaya Jaya yang banyak menulis buku biografi dan pernah lama mukim di luar negeri ini adalah penulis kumpulan puisi Priangan si Jelita (1958; memenangkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957-58), dan novel-novel Kemelut Hidup (1976; pemenang Sayembara Mengarang Roman DKJ 1974), Keluarga Permana (1978; pemenang Sayembara Mengarang Roman DKJ 1976). Novelnya yang lain, Ladang Perminus, membawa pengarang ini ke Thailand, menerima SEA Write Award 1993.


Rayani Sriwidodo dilahirkan di Kotanopan, Sumatera Utara 6 November 1946. Cerpennya “Balada Satu Kuntum” memperoleh penghargaan Nemis Prize dari Pemerintah Chile (1987). Karya-karya alumna Iowa Writing Program, Iowa University, Amerika Serikat ini antara lain: Pada Sebuah Lorong (1968; bersama Todung Mulya Lubis), Kereta Pun Terus Berlalu, Percakapan Rumput, Percakapan Hawa dan Maria (1989), Balada Satu Kuntum (1994), Sembilan Kerlip Cermin (2000).


Rendra dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935. Sepulang memperdalam pengetahuan drama di American Academy of Dramatical Arts, ia mendirikan Bengkel Teater. Sajak-sajaknya mulai dikenal luas sejak tahun 1950-an. Antara April-Oktober 1978 ditahan Pemerintah Orde Baru karena pembacaan sajak-sajak protes sosialnya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Kumpulan puisinya: Balada Orang Tercinta (1956; meraih Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-56), Empat Kumpulan Sajak (1961), Blues untuk Bonnie (1971), Sajak-sajak Sepatu Tua (1972), Potret Pembangunan dalam Puisi (1983), Disebabkan oleh Angin (1993), Orang-orang Rangkasbitung (1993), Perjalanan Bu Aminah (1997), Mencari Bapak (1997). Buku-buku puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu: Indonesian Poet in New York (1971; diterjemahkan Harry Aveling, et.al.), Rendra: Ballads and Blues (1974; Harry Aveling, et.al.), Contemporary Indonesian Poetry (1975; diterjemahkan Harry Aveling). Ia pun menerjemahkan karya-karya drama klasik dunia, yaitu: Oidipus Sang Raja (1976), Oidipus di Kolonus (1976), Antigone (1976), ketiganya karya Sophocles, Informan (1968; Bertolt Brecht), SLA (1970; Arnold Pearl). Pada 1970, Pemerintah RI memberinya Anugerah Seni, dan lima tahun setelah itu, ia memperoleh penghargaan dari Akademi Jakarta.


Rusli Marzuki Saria dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat, 26 Februari 1936. Karya-karyanya: Pada Hari Ini pada Jantung Hari (1966), Monumen Safari (1966; dengan Leon Agusta), Ada Ratap Ada Nyanyi (1976), Sendiri-sendiri Sebaris-sebaris dan Sajak-sajak Bulan Februari (1976), Tema-tema Kecil (1979), Sembilu Darah (1995), Parewa, Sajak dalam Lima Kumpulan (1988). Manuskrip esainya: Monolog dalam Renungan.


Rustam Effendi dilahirkan di Padang, 13 Mei 1903, dan meninggal di Jakarta, 24 Mei 1979. Bebasari yang ditulisnya pada 1926 merupakan drama bentuk baru dalam sastra Indonesia. Selain itu ia menulis kumpulan puisi Percik Permenungan (1926) dan Van Moskow naar Tiflis (tt.)


Saini K.M. dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat, 16 Juni 1938. Penyair yang bertahun-tahun mengasuh rubrik “Pertemuan Kecil” di Pikiran Rakyat Bandung ini terakhir menjabat Direktur Jenderal Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sejumlah penyair yang lahir dan berkembang dari kelembutan dan ketajaman kritiknya di “Pertemuan Kecil” antara lain: Sanento Yuliman, Acep Zamzam Noor, Agus R. Sarjono, Soni Farid Maulana, Beni Setia, Cecep Syamsul Hari. Karya-karyanya meliputi puisi, karya sastra drama, dan esai, di antaranya: Pangeran Sunten Jaya (1973), Ben Go Tun (1977), Egon (1978), Serikat Kaca Mata Hitam (1979), Sang Prabu (1981), Kerajaan Burung (1980; pemenang Sayembara Direktorat Kesenian Depdikbud), Sebuah Rumah di Argentina (1980), Pangeran Geusan Ulun (1963), Nyanyian Tanah Air (1968), Puragabaya (1976), Siapa Bilang Saya Godot (1977), Restoran Anjing (1979), Rumah Cermin (1979), Beberapa Gagasan Teater (1981), Panji Koming (1984), Beberapa Dramawan dan Karyanya (1985), Ken Arok (185), Apresiasi Kesusastraan (1986; bersama Jakob Sumardjo [ed.]), Protes Sosial dalam Sastra (1986), Teater Modern Indonesia dan Beberapa Masalahnya (1987), Sepuluh Orang Utusan (1989), Puisi dan Beberapa Masalahnya (1993; Agus R. Sarjono [ed.]). Buku terakhirnya yang merupakan seleksi dari seluruh kumpulan puisinya yang sudah maupun yang belum dipublikasikan adalah Nyanyian Tanah Air (2000).


Sanento Yuliman dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 14 Juli 1941, dan meninggal di Bandung, 14 Juli 1992. Pada 1981 menyelesaikan program doktoralnya di Ecole de Hautes Etudes en Science Sociale, Paris, Perancis. Penyair yang juga dikenal sebagai penulis esai dan kritikus seni rupa yang disegani ini pernah menjadi redaktur Mahasiswa Indonesia, majalah sastra Horison (1971-73), dan Aktuil, khususnya untuk ruang “Puisi Mbeling”. Puisi-puisinya diangkat Ajip Rosidi ke dalam Laut Biru Langit Baru (1977). Karya-karyanya antara lain: Seni Rupa Indonesia (1976), G. Sidharta di Tengah Seni Rupa Indonesia (1981; bersama Jim Supangkat).


Sanusi Pane dilahirkan di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 14 November 1905, dan meninggal di Jakarta, 2 Januari 1968. Antara tahun 1931-41, pernah menjadi redaktur di majalah Timbul, harian Kebangunan, dan Balai Pustaka. Karya-karyanya meliputi puisi, drama, sejarah, dan terjemahan: Pancaran Cinta (1926), Puspa Mega (1927), Airlangga (1928), Burung Garuda Terbang Sendiri (1929), Madah Kelana (1931), Kertajaya (1932), Sandyakalaning Majapahit (1933), Manusia Baru (1940), Sejarah Indonesia (1942), Indonesia Sepanjang Masa (1952), Bunga Rampai dari Hikayat Lama (1946; terjemahan dari bahasa Kawi), Arjuna Wiwaha (1940; Mpu Kanwa, diterjemahkan dari bahasa Kawi), Gamelan Jiwa (1960).


Sapardi Djoko Damono dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 20 Maret 1940. Puisi-puisi pengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia sejak 1975 dan pernah aktif sebagai redaktur majalah sastra-budaya Basis, Horison, Kalam, Tenggara (Malaysia) ini adalah: Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu Kertas (1983; mendapat Hadiah sastra DKJ 1983), Sihir Hujan (1984; pemenang hadiah pertama Puisi Putera II Malaysia 1983), Hujan Bulan Juni (1994), Arloji (1998), Ayat-ayat Api (2000). Sedangkan karya-karya sastra dunia yang diterjemahkannya: Lelaki Tua dan Laut (1973; Ernest Hemingway), Sepilihan Sajak George Seferis (1975), Puisi Klasik Cina (1976), Lirik Klasik Parsi (1977), Afrika yang Resah (1988; Okot p’Bitek).


Satyagraha Hoerip dilahirkan di Lamongan, Jawa Timur, 7 April 1934, dan meninggal di Jakarta, 14 Oktober 1998. Tahun 1972-73, ia mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, dan pernah menjadi dosen tamu di universitas-universitas di Amerika dan Jepang. Karya-karyanya antara lain: Bisma Baneng Mayapada (1960), Sepasang Suami Isteri (1964), Antologi Esai tentang Persoalan Sastra (1969), Cerita Pendek Indonesia 1-3 (1979), Jakarta: 30 Cerita Pendek Indonesia 1-3 (1982), Palupi (1970), Keperluan Hidup Manusia (1963; terjemahan dari Leo Tolstoy), Tentang Delapan Orang (1980), Sesudah Bersih Desa (1990), Sarinah Kembang Cikembang (1993).


Selasih dilahirkan di Talu, Sumatera Barat, 31 Juli 1909, dam meninggal pada usia 86 tahun. Sastrawan yang pernah menjadi Ketua Jong Islamieten Bond Bukittingi (1928-30) dikenal pula sebagai Sariamin atau Seleguri. Karya-karyanya: Kalau Tak Untung (1933), Pengaruh Keadaan (1937), Rangkaian Sastra (1952), Panca Juara (1981), Nakhoda Lancang (1982), Cerita Kak Mursi, Kembali ke Pangkuan Ayah (1986), dan dimuat pula dalam Puisi Baru (1946; Sutan Takdir Alisjahbana [ed.]), Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (1979; Toeti Heraty [ed.]), Ungu: Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia (Korrie Layun Rampan [ed.]).


Seno Gumira Ajidarma dilahirkan di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Karya-karya penulis cerita pendek yang sejak 1985 bekerja di majalah Jakarta Jakarta ini antara lain: Mati Mati Mati (1978), Bayi Mati (1978), Catatan Mira Sato (1978), Manusia Kamar (1978), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (1994; kumpulan cerita pendek terbaik versi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud RI 1994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Negeri Kabut (1996), Jazz, Parfum, dan Insiden (1992). Cerpennya, “Pelajaran Mengarang”, dipilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1992, dan cerpen-cerpennya yang lain hampir setiap tahun terpilih masuk dalam antologi cerpen terbaik surat kabar itu. Pada 1995 ia memperoleh penghargaan SEA Write Award.


Slamet Sukirnanto dilahirkan di Solo, Jawa Tengah, 3 Maret 1941. Karya-karya penyair yang mantan Ketua Presidium KAMI pusat ini adalah: Jaket Kuning (1967), Kidung Putih (1967), Sumur Tanpa Dasar (1971), Kasir Kita (1972), Pemberang (1972), Tengul (1973), Orkes Madun (1974), Gema Otak Terbanting (1974), Bunga Batu (1979), Catatan Suasana (1982), dan Luka Bunga (1993).


SN Ratmana dilahirkan di Kuningan, Jawa Barat, 6 Maret 1936. Tulisan-tulisannya dimuat di Sastra, Horison, Kompas, dan lain-lain. Karya-karyanya yang sudah dibukukan: Sungai, Suara, dan Luka (1981), Asap itu Masih Mengepul (1977). Karyanya dimuat pula dalam antologi cerpen pemenang Sayembara Kincir Emas Radio Nederland Wereldomroep, Dari Jodoh sampai Supiyah (1975).


Sori Siregar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, 12 November 1939. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat pada 1970-71, dan pernah bekerja antara lain di BBC London, Radio Suara Malaysia, Matra, Forum Keadilan. Karya-karyanya: Dosa atas Manusia (1967), Pemburu dan Harimau (1972), Senja (1979), Wanita Itu adalah Ibu (1979; novel pemenang hadiah perangsang kreasi Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1978), Di Atara Seribu Warna (1980), Susan (1981), Awal Musim Gugur (1981), Reuni (1982), Telepon (1982; pemenang hadiah harapan Sayembara Mengarang Roman DKJ 1979); Penjara (1992), Titik Temu (1996). Di samping itu ia banyak menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, baik novel, cerita pendek, maupun drama.


Subagio Sastrowardoyo dilahirkan di Madiun, Jawa Timur, 1 Februari 1924, dan meninggal di Jakarta, 18 Juli 1995. Peraih M.A. dari Departement of Comparative Literature, Yale University, Amerika Serikat ini pernah mengajar di beberapa sekolah menengah di Yogyakarta, Fakultas Sastra UGM, SESKOAD Bandung, Salisbury Teachers College, dan Flinders University, Australia. Cerpennya, “Kejantanan di Sumbing” dan puisinya, “Dan Kematian Makin Akrab”, masing-masing meraih penghargaan majalah Kisah dan Horison. Kumpulan puisinya, Daerah Perbatasan membawanya menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1971), sementara Sastra Hindia Belanda dan Kita mendapat Hadiah Sastra dari Dewan Kesenian Jakarta, dan bukunya yang lain, Simfoni Dua, mengantarkannya ke Kerajaan Thailand, menerima Anugerah SEA Write Award. Karya-karyanya yang berupa puisi, esai, dan kritik, diterbitkan dalam: Simphoni (1957), Kejantanan di Sumbing (1965), Daerah Perbatasan (1970), Bakat Alam dan Intelektualisme (1972), Keroncong Motinggo (1975), Buku Harian (1979), Sosok Pribadi dalam Sajak (1980), Hari dan Hara (1979), Sastra Hindia Belanda dan Kita (1983), Pengarang Modern sebagai Manusia Perbatasan (1992), Dan Kematian Makin Akrab (1995).


Sutan Takdir Alisjahbana dilahirkan di Natal, Sumatera Utara, 11 Februari 1908, dan meninggal di Jakarta, 17 Juli 1994. Penerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Indonesia dan Universitas Sains Penang (Malaysia) ini pernah menjadi redaktur Panji Pustaka dan Balai Pustaka. Ia pendiri serta pengelola majalah Pujangga Baru. Karya-karya guru besar dan anggota berbagai organisasi keilmuan di dalam dan luar negeri ini antara lain: Tak Putus Dirundung Malang (1929), Dian yang Tak Kunjung Padam (1932), Tebaran Mega (1935), Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia (1936), Layar Terkembang (1936), Anak Perawan di Sarang Penyamun (1940), Puisi Lama (1941), Puisi Baru (1946), The Indonesian Language and Literature (1962), Kebangkitan Puisi Baru Indonesia (1969), Grotta Azzura (1970-71), The Failure of Modern Linguistics (1976), Perjuangan dan Tanggung Jawab dalam Kesusastraan (1977), Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia sebagai Bahasa Modern (1977), Lagu Pemacu Ombak (1978), Kalah dan Menang (1978).


Sutardji Calzoum Bachri dilahirkan di Rengat, Riau, 24 Juni 1941. Pada 1974-75 mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, dan sejak 1979 hingga sekarang menjabat redaktur majalah sastra Horison. Karya-karyanya: O (1973), Amuk (1977; mendapat Hadiah Puisi DKJ 1976-77), Kapak (1979), O Amuk Kapak (1981). Sejumlah puisinya diterjemahkan Harry Aveling dan dimuat dalam antologi berbahasa Inggris: Arjuna in Meditation (1976; Calcutta). Pada 1979 ia menerima anugerah SEA Write Award dan sembilan tahun kemudian dilimpahi Penghargaan Sastra Chairil Anwar. Sebelumnya, peraih penghargaan tertinggi dalam bidang kesusastraan di Indonesia itu adalah Mochtar Lubis.


Taufiq Ismail dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935. Penerima American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57), dan lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963). Karya-karya penyair penerima Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970 yang juga salah seorang pendiri majalah sastra Horison (1966) dan Dewan Kesenian Jakarta (1968) ini, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis. Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.), Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970), Tirani (1966), Puisi-puisi Sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971), Buku Tamu Museum Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1973), Puisi-puisi Langit (1990), Tirani dan Benteng (1993), dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999). Bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad, penyair yang tinggi sekali perhatiannya pada upaya mengantarkan sastra ke sekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi itu menerjemahkan karya penting Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam. Sedangkan bersama D.S. Moeljanto, salah seorang seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan ini menyunting Prahara Budaya (1994).


Titie Said lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 11 Juli 1935. Lulus sarjana muda Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1959). Pernah menjadi redaktur majalah Kartini dan memimpin majalah Famili. Novel-novelnya yang telah diterbitkan antara lain: Jangan Ambil Nyawaku (1977), Reinkarnasi, Fatima, Ke Ujung Dunia. Kumpulan cerita pendeknya: Perjuangan dan Hati Perempuan (1962).


Titis Basino dilahirkan di Magelang, Jawa Tengah, 17 Januari 1939. Karya-karya novelis yang cukup produktif ini antara lain: Pelabuhan Hati (1978), Dataran Terjal, Di Bumi Kita Bertemu, di Langit Kita Bersua (1983), Bukan Rumahku (1986), Dari Lembah ke Coolibah (1997), Welas Asih Merengkuh Tajali (1997), Menyucikan Perselingkuhan (1998), Tersenyum Pun Tidak Untukku Lagi (1998), Rumah K. Seribu (1998), Aku Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah (1998), Mawar Hitam Milik Laras (1999), Garis Lurus, Garis Lengkung (2000).


Toeti Heraty Noerhadi dilahirkan di Bandung, Jawa Barat, 27 November 1933. Sarjana Filsafat dari Rijk Universiteit Leiden ini meraih doktor filsafatnya di Univeristas Indonesia. Karya-karyanya: Sajak-sajak 33 (1973), Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (1979; [ed.]), Mimpi dan Pretensi (1982), Aku dan Budaya (1984), Manifestasi Puisi Indonesia-Belanda (1986; dengan Teeuw [ed.]), Wanita Multidimensional (1990), Nostalgi = Transendensi (1995). Puisi-puisinya dimuat pula dalam Antologi Puisi Indonesia 1997 dan Sembilan Kilap Cermin (2000).


Toha Mochtar dilahirkan di Kediri, Jawa Timur, 17 September 1926, dan meninggal di Jakarta, 17 Mei 1992. Pengarang yang di tahun 1971 bersama Julius R. Siyaranamual dan Asmara Nababan mendirikan majalah Kawanku ini, telah melahirkan sejumlah novel: Pulang (1958; mendapat Hadiah Sastra BMKN 1957-58), Daerah Tak Bertuan (1963; meraih Hadiah Sastra Yamin 1964), Kabut Rendah (1968), Bukan Karena Kau (1968).


Toto Sudarto Bachtiar dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, 12 Oktober 1929. Penyair yang dikenal dengan dua kumpulan puisinya: Suara (1956; memenangkan Hadiah Sastra BMKN 1957) dan Etsa (1958) ini, juga dikenal sebagai penerjemah yang produktif. Karya-karya terjemahannya antara lain: Pelacur (1954; Jean Paul Sartre), Sulaiman yang Agung (1958; Harold Lamb), Bunglon (1965; Anton Chekov, et.al.), Bayangan Memudar (1975; Breton de Nijs, diterjemahkan bersama Sugiarta Sriwibawa), Pertempuran Penghabisan (1976; Ernest Hemingway), Sanyasi (1979; Rabindranath Tagore).


Umar Kayam dilahirkan di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932. Meraih M.A. di Universitas New York (1963), dan Ph.D. dua tahun kemudian dari Universitas Cornell, Amerika Serikat. Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada hingga pensiunnya di tahun 1997 ini adalah anggota penyantun/penasehat majalah sastra Horison sebelum mengundurkan pada 1 September 1993. Pada 1987, ia meraih SEA Write Award. Karya-karyanya: Seribu Kunang-kunang di Manhattan (1972), Totok dan Toni (1975), Sri Sumarah dan Bawuk (1975), Seni, Tradisi, Masyarakat (1981), Semangat Indonesia: Suatu Perjalanan Bangsa (1985), Para Priyayi (1992; mendapat Hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P dan K 1995), Mangan Ora Mangan Kumpul (1990), Sugih Tanpa Banda (1994), Jalan Menikung (1999). Cerpen-cerpen-cerpennya diterjemahkan Harry Aveling dan diterbitkan dalam Sri Sumarah and Other Stories (1976) dan Armageddon (1976).


Umbu Landu Paranggi dilahirkan di Sumba, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943. Bersama Ragil Suwarna Pagolapati, Teguh Ranusastra Asmara, Iman Budhi Santosa, mendirikan Persada Studi Klub, 5 Maret 1969, yang di kemudian hari melahirkan sejumlah penyair. Karya-karya penyair yang terakhir bekerja sebagai redaktur Bali Post ini adalah: Melodia, Maramba Ruba, Sarang.


Upita Agustine dilahirkan di Pagaruyung, Sumatera Barat, 31 Agustus 1947. Puisi-pusinya dipublikasikan antara lain di Horison. Karya-karyanya: Bianglala (1973), Dua Warna (1975; bersama Hamid Jabbar), Terlupa dari Mimpi (1980), Sunting (1995; bersama Yvonne de Fretes), selain terdapat pula dalam antologi Laut Biru Langit Biru (1977; Ajip Rosidi [ed.]), Tonggak 3 (1987; Linus Suryadi [ed.]), Ungu: Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia (Korrie Layun Rampan [ed.]).


Utuy Tatang Sontani dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat, 31 Mei 1920, dan meninggal di Moskow, Uni Soviet, 17 September 1979. Karya-karya sastrawan anggota pimpinan LEKRA (1959-65) yang menulis novel dan banyak karya sastra drama ini adalah: Suling (1948), Bunga Rumah Makan (1984), Tambera (1949), Orang-orang Sial (1951), Awal dan Mira (1952; mendapat hadiah Sastra Nasional BMKN 1953), Manusia Iseng (1953), Sangkuriang Dayang Sumbi (1953), Sayang Ada Orang Lain (1954), Di Langit Ada Bintang (1955), Selamat Jalan Anak Kufur (1956), Di Muka Kaca (1957), Saat yang Genting (1958; mendapat Hadiah Sastra Nasional BMKN 1957-58), Manusia Kota (1961), Segumpal Daging Bernyawa (1961), Tak Pernah Menjadi Tua (1963), Si Sapar (1964), Si Kampreng (1964), dan terjemahan Selusin Dongeng (1949; Jean de la Fountain).


Wisran Hadi dilahirkan di Padang, Sumatera Barat, Juli 1945. Tahun 1977-78 mengikuti International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat. Karya-karyanya: Simalakama (1975), Anggun Nan Tongga (1978), Putri Bungsu (1978), Tamu (1996), Imam (1977). Sejumlah naskah dramanya berikut ini memenangkan Sayembara Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta: Gaung (1975; hadiah ketiga), Ring (1976; hadiah harapan), Cindur Mata (1977; hadiah harapan); Perguruan (1978; hadiah kedua), Malin Kundang (1985; hadiah harapan), Penyeberangan (1985; hadiah ketiga), Senandung Semenanjung (1986; hadiah perangsang), Pewaris (1981). Pada 1991 Pemerintah Republik Indonesia menganugerahinya Penghargaan Penulis Sastra.